Selasa

Kebaikan Yang Tak Terbaca

Tiada yang musti disesali, tiada yang musti di-grundeli. Karena semua kenyataan hidup adalah selalu dalam skenarioNya untuk kebaikan paripurna. “Kebaikan” dan “keburukan” menurut kita..hanyalah rekaan akal dan logika semata, yang terlahir dari sebatas pengetahuan kita tentang dunia bahkan tentang apa yang diperlukan oleh diri kita.

Sesungguhnyalah di balik “kehebatan” jangkauan perhitungan kita masih terbentang lautan pengetahuan yang tiada terbatas, yang tiada mungkin kita jelajahi karena ia begitu meluas bahkan melintasi semua ruang dan semua masa. Dari waktu azali hingga masa akhir nanti.

Kebaikan menurutNya adalah kebaikan paripurna, yang meliputi semua. Oleh karena itulah Gusti Allah mengingatkan kita untuk memasrahkan diri dan bersandar kepadaNya dalam keadaan-keadaan yang sulit. Akal dan pengetahuan kita, yang telah diberikanNya, bukan untuk mengalahkan takdirNya. Karena itu tak akan pernah bisa. Hanya ikhtiar sebatas kekuatan kita, tanpa memaksa-maksakan kemauan ego kita terhadap KehendakNya.

Ego kita selalu minta bergerak paling maju, berlari paling depan, berdiri paling tinggi. Padahal berlari di belakang, berjalan di tepian, atau bahkan berhenti…seringkali sesungguhnya lebih baik bagi kesehatan jiwa dan keselamatan perjalanan hati kita. Setiap saat dunia berubah, dan akal kita tak mungkin mengikuti semua perubahan arah. Hanya dengan memasrahkan diri kepada Gusti Allah Sang Pemelihara jagad raya, dan berbaiksangka kepada semua keputusanNya…maka kan diraih kemuliaan jiwa. Jika tidak di mata manusia, insya Allah mulia dalam keridlaanNya...