Jumat

Suluk Sampan (4)

WARNING!: HARD STUFF. Tulisan ini barulah setitik dari sebuah perjalanan panjang pengembaraan ruhani. Jangan tergesa. Mulailah dari langkah satu, kemudian langkah dua, dan runtun. Alangkah jauh jarak antara mengetahui dengan mengerti. Dan alangkah jauh jarak antara mengerti dengan memahami. Dan lebih jauh lagi jarak antara memahami dengan...memiliki. Akal bukanlah segalanya, karena sangat terbatas kekuatannya. Hanya kerendahan hati yang bisa memahami...


Tersentak sampan dari buaian, kesadarannya terbuka dan semesta seakan melingkupi menenggelamkan kediriannya.....Terpana dalam samudera pesona,

"Sembah kalbu(cipta) akhirnya hanyalah citra pantulan dari cahaya hakiki. Gusti Allah adalah Cahaya yang menampakkan segala, sementara yang lain adalah tiada secara asali. Citra dari pantulan sifat dan kehendakNya!!... bening cerminnya, tajam citranya. syareat membersihkan sang cermin, tarekat meminyaki mengkilapi.

Gusti Allah adalah awal dari cipta, kehendak, dan ikhtiar yang membawa kita dari satu titik ke titik berikutnya. Membentuk lintasan menuju kesempurnaan... menuju kepadaNYA !!.. Gusti Allah adalah awal dan Allah pada akhirnya. Demikian lengkapnya. .. Sangkan Paran !!..Subhanallaah!!...."

Sungai tersenyum, sambil melepas sampan ke samudera tujuan....

"Segara kinemu panggih,... samodera raya yang sebegitu luasnya saling bertemu pada kenyataannya. Pun kiasan bagi ilmuNya.

"Sinurat sinuruhmatu,... segala yang tersurat dalam semua kitabNya, termasuk ayat-ayat kauniyah yang tersebar di jagat raya ini, memang dimaksudkan sebagai rahmatNya bagi para pencari yang menemu. Gusti Allah membimbing kepada cahayaNya, siapa-siapa yang Dia kehendaki... "


..

Suluk Sampan (3)

Beberapa kali warna dedaunan telah berganti di sepanjang bantaran sungai yang dilalui. Sepanjang itu pula sampan kecil mengarus mengikuti kemana sungai membawanya pergi. Terkadang ia melewati kota-kota penuh air mata, di mana hanya ada kedukaan menyelimuti. Mendung seakan tak pernah hilang memayungi kota, dan hujan bercampur air mata tumpah ke dalam sungai. Sampan kecil sesungguhnya telah berusaha menghindari namun aruslah yang memaksanya tuk melewati. Dan ia tak punya kendali ketika sungai mendorongnya memasuki sisinya yang suram. Duh...air di sisi sungai yang ini betapa sangat kentalnya dengan duka. Berat sekali rasanya ia menggerakkan tubuh. Berat sekali beban ini menahan gerak maju. Hanya sejari demi sejari, dan waktu seakan meninggalkannya sendiri…

Terkadang ia melewati kota-kota penuh bahagia, di mana keceriaan mewarnai sudut-sudut kota dan langit bertaburan gemerlap siang malamnya. Hanya ceria dan tawa. Lantunan lagu dan musik yang semarak tak henti mengisi udara. Semuanya terasa ringan. Anak-anak dengan kaki kecilnya berlarian di sepanjang bantaran menyoraki sampan dengan celoteh dan teriakan keriangan. Ah…betapa ringan sampan melaju seakan meluncur di atas permukaan minyak yang licin. Tanpa susah payah menggerakkan tubuhpun, ia melaju ringan seperti terbang…

Dan demikian bergantian kota duka dan tawa dijumpainya. Setiap kali mendekati kota duka, ia berusaha membelokkan diri menjauh darinya. Tapi arus demikian kuat mendorongnya dan memaksanya masuk ke dalam kubangan. Tak ada lagi yang bisa dilakukan. Hanya menyerah dan menjalani. Dan setiap kali melewati kota penuh bahagia, ia berusaha berhenti tuk sekedar singgah sejenak dan menikmati. Tapi sekali lagi arus demikian kuat mendorongnya dan memaksanya tuk terus melaju. Tak ada lagi yang bisa diperdebatkan selain diam menyerah.

"Lantas dimanakah 'kehendak' ?...Bukankah 'ikhtiar' menjadi sebuah kata semu untuk kodrat?..sehingga kita sesungguhnya adalah tiada?..", tanya sampan kecil kepada sungai, yang kepadanya ia telah menyerahkan arah pengembaraannya.

Sungai memecah diamnya. Setelah sekian lama ia dalam diam menuntun sampan kecil mengikuti setiap kelokan dan terjunan, membenturkannya ke kanan dan ke kiri, memaksanya berhenti diam ke dalam kubangan, mendorongnya, menahannya, menariknya, mengirimkan gelombang yang membolak-baliknya..

"Aku telah menuntunmu dengan benda-benda untuk menerima datangnya isyarat dan ilmu. Inilah petunjuk yang mengawali serangkaian tuntunan rahasiaNya, Ia berkenan menyingkapkan bershaf-shaf tirai misteri atas kesungguhan sebuah ikhtiar yang terus-menerus guna mendekat, dan ingin senantiasa dekat denganNya...

apa yang akan kukatakan adalah sebuah rahasia kehidupan. Simak dan dengarkan. Hati-hati…betapa jauh jarak antara mengetahui dan mengerti. Betapa lebih jauh jarak antara mengerti dan memahami. Dan lebih jauh lagi jarak membentang antara memahami…dan memiliki. Jangan takabur dan bangga dengan kekuatan akalmu. Apa yang akan kau dengar sekarang adalah untuk kau mengetahui. Untuk menjadi mengerti…kemudian memahami…apalagi memiliki….masih sangat jauh perjalanan yang harus kau lalui. Untuk memiliki hakekatnya ilmu, kau harus merasakan dulu sakitnya perjalanan, pedih-perihnya, hancur-leburnya, patah-pecahnya dirimu!..”

Sampan kecil diam terpana. Sebuah rahasia akan didengarnya. Sebuah rahasia yang mungkin akan menjadi jawaban atas semua kegelisahannya. Membuka kegelapan masa depannya, dan mengantarnya ke tujuan pengembaraannya. Tak sabar tapi juga khawatir ia, sanggupkah ia menerima anugerah ilmu terbesar sepanjang hidupnya? Akan kah ia bisa memahami?

Sungai menghentikan gerak dan arus membeku. Tak ada gelombang. Bahkan tak ada riak di permukaan. Hanya sampan kecil dan sungai yang membisikkan….“Dengarkan ini….”

Kehendak adalah momentum tercetusnya cipta yang letusannya menggetarkan kalbu: hadirkan sesuatu dorongan/ rasa keinginannya menjemput sesuatu perubahan terjadi sebagai proses-kesinambungan menjadi kesempurnaan... yg akan terwujud sebagaimana kodratNya, atas iradatNya juga.Sebagai kata ungkap, 'ikhtiar', boleh saja disebut 'nama semu' bagi kodrati yang lantas terjadi tadi. Tetapi tidaklah semu dalam upaya-upaya menempuhnya! Dituntut kesungguhan yang nyata-nyata dilakukan: dengan badannya, pikirannya, dengan segenap perasaannya dalam mewujudkan niat dan hasrat hati, seiring berjalannya waktu dan segala perubahannya.Nah,.. disitulah pemaknaannya.

Sama halnya, syariat telah ditetapkan diwajibkan, 'syahadat tauhid dan syahadat rasul' kajiannya. Tarekat kurun pengembaraan pencarian keluasan/kedalaman pemahaman atas syareat dan memperteguh takwa dan keimanan. Hakekat rentang masa 'ngawula Gusti', mempusakai kebenaran-kebenaran hakiki yang menghidupkan keyakinan kita tadi, syahadatnya meningkat jadi 'syahadat wangi', paska jenjang itu, menggapai makrifat Islam: syahadatnya 'syahadat jati'.'hakekat ilmu', akan tumbuh menjadi 'ilmu-hakekat', yang hidup bersama kesejatian-hidup, ... 'Raga sejati', 'Rasa sejati', 'Suksma Sejati' ...!

Sampan kecil hanya diam. Kata demi kata seakan menenggelamkan dirinya dalam sebuah samudera yang maha dalam. Tak lagi ia bisa lihat dirinya. Ia telah sirna, hilang menyatu dengan air lautan. Di dalam lautan, butiran air menghilang lenyap menyatu dalam keseluruhan….

"Ketika hati telah tercerahkan, ketika nurani menjadi kemudi. Jika aku adalah AKU, bukankah iradat adalah juga kodrat? 'Tiada aku selain AKU', karena semua yang kutulis adalah kodratKU,.. yang menulis.. tangan, gerak, gagasan, ilham,... adalah kodratNya semata"

"Bershaf-shaf tabir misteri menyelumuri atas adaKU pada keberadaanku, di mana puncak kesadaran iman dan kemurnian tauhidKU meng-AKU 'Tiada Allah selain AKU'. Melalui hati yang berhati 'Hati', Ia pun berkata,

'hananira Hananing Sun, wujudira Wujuding Sun, Sawiji-wiji dadi saka karsaningsun,mahanani-maujud saka Pangwasaning Sun..'.

..

Suluk Sampan (2)

Sampan kecil bercermin di permukaan sungai yang tenang dalam diam. Hatinya meragu mencoba menerima kata-kata sungai, bahwa bahagia yang dicari sesungguhnya ada di dalam diri. Tersembunyi di lubuk hati? Sebegitu sederhanakah? Bukankah telah berpuluh tahun ia mencoba merasai bahagia, dan berpuluh tahun itu pula ia tak menjumpanya? Dari apa yang ia lakukan setiap harinya, dari semua yang ia miliki, dari beribu wajah yang disapanya saat membawa mereka mengarungi sungai dengan hasil bumi mereka, dari banyak tempat yang disinggahinya. Mengapa hanya semata sepi yang ditemui?

Dan jika bahagia ada di dalam hati? Bukankah sederhana sekali untuk mencapai bahagia yang dicari-cari? Kita hanya tinggal mengikuti kata hati, dan hati akan menuntun kita dengan sendirinya ke depan gerbangnya? Tapi bukankah seringkali kata hati berbenturan dengan kenyataan? Bukankah seringkali langkahnya berhenti di hadapan tembok besar bernama ketetapan dan takdir kehidupan? Apa yang dimaui hati tak mesti menjadi?...

Banyak tanya menggantung, tak dimengerti tak dipahami. Yang tinggal kini hanyalah keletihan pencarian. Sampan kecil bertanya lirih kepada sungai yang membawanya..

"Mana yg harus dipilih?: mengikuti kata hati?... atau.. berpuas diri dengan 'takdir' yang telah diberikanNYA?.."

Sungai masih seperti cermin. Arus menyembunyikan diri di bawah lapisan dan permukaan menjadi seakan diam dalam keheningan.

"Titik demi titik pada lintasan hidup telah dilukis pada kanvas asal segala asal... Itulah 'FAYAKUN', rahasia Gusti Allah dalam berkehendak dan kekuasaan mewujudkannya, yang setelah terjadi sebagai rangkaian kenyataan hidup seseorang di dunia, manusia menyebutnya sebagai 'takdir'. Apa yang kemudian terjadi, merupakan bagian dari 'kodrat'.

Makna 'KUN' adalah permohonan dan upaya-upaya luhur manusia dalam proses menyempurnakan diri dan harkat hidupnya dengan mencari ridlhoNya. Agar kenyataan hidup yang dijalaninya menuju 'jalan yang lurus' yang akan menemukan cahayaNya. Itulah 'Iradat' namanya "...

Sungai diam sebentar, memberi waktu bagi sampan untuk mencerna kata-katanya. Ia tahu bahwa tak mudah mengerti apalagi memahami. Ia baru saja mulai membuka jalan menuju sebuah rahasia abadi, yang hanya bisa dilalui oleh mereka yang tak melulu menggunakan akal tapi justru dengan kerendahan hati. Masih panjang jalan terbentang di depan. Mudah-mudahan sampan kecil yang dihantarnya telah siap mendengarkan. Sungai meneruskan dengan perlahan,

'Kata hati' ....adalah cetusan-cetusan si batin. Manakala jiwa kita telah mulai mengenal 'cahayaNya', batin yang berkata tadi, disebut 'Nurani' (Nuur: cahaya, aeni: mata penglihatan si batin yang semakin sempurna). Jelas pandangannya dikarenakan memperoleh pancaran cahayaNYA! Kata hati menjadi bisikan nurani. Kata hati masih berselimut debu hasrat diri dan hawa duniawi. Bisikan nurani....hanya ketenangan dan kepuasan yang terlahir dari "menatapNya" tak berkeputusan..yang mencetuskan isyarat dan tanda-tanda..petunjuk2 jalan menuju negeri bahagia yang didamba.

Tidakkah menjadi jelas bahwa: mensyukuri rahmat dan karuniaNya akan menjelmakan rasa puas juga? Mensyukuri apa yang telah diberiNya akan membersihkan batin dari hawa dan buruk sangka kepadaNya. Mensyukuri apa yang dimiliki akan membasuh batin dari debu hasrat, dengki dan keinginan. Mensyukuri apa-apa yang tak dimiliki akan memelihara rasa percaya kepada rencanaNya bagi kebaikan hati dan jiwa kita. Serangkaian rasa puas dari waktu ke waktu yang tak berkeputusan itulah rentang suasana batin yang bernamakan bahagia.

Cukuplah bicaraku hari ini, duhai yang mencari...."

Sungai seperti cermin. Arusnya sembunyi di bawah hening. Sampan kecil larut dalam waktu yang diam.

..

Suluk Sampan (1)

WARNING!: HARD STUFF. Tulisan ini barulah setitik dari sebuah perjalanan panjang pengembaraan ruhani. Jangan tergesa. Alangkah jauh jarak antara mengetahui dengan mengerti. Dan alangkah jauh jarak antara mengerti dengan memahami. Dan lebih jauh lagi jarak antara memahami dengan...memiliki. Akal bukanlah segalanya, karena sangat terbatas kekuatannya. Hanya kerendahan hati yang bisa memahami...


Kegelisahan tak lagi dapat ditahan. Sampan kecil yang tertambat terangguk-angguk di ujung jembatan bambu sungai ini merindukan jawaban. Ia pun menarik-narik tali tambatnya seirama arus yang memecah kaki-kaki jembatan bambu. Tak ada lagi yang bisa menahannya untuk pergi. Pergi jauh mengembara. Mencari kedamaian hati, yang tak pernah ia jumpai sejak terciptanya. Beberapa kali ia menarik ulur, simpul pun mengendur. Dan dalam kesekian kali sentakan, ikatannya terlepas. ia bebas !!..

Hatinya bersorak, ia menggoyang-goyang badannya yang kecil menjauhi jembatan. Terburu-buru menyambut arus sungai, seakan tak mau lagi dikejar dan diikat kembali ke kehidupannya selama ini yang tak pernah ia pahami. Arus sungai pun menyambutnya meriah, menciprat-cipratkankan airnya seakan ucapan selamat datang..."selamat datang, wahai hati yang mencari..."

Dan sampan kecil terus mengarus mengikuti kemana sungai membawanya. Hatinya begitu gembira tapi sekaligus penuh tanya. Kemana ia akan pergi? ke laut mana ia akan bertemu? Dalam resah pengembaraannya, ia bertanya kepada sungai yang membawanya,

"Apakah kita akan lebih bahagia jika kita mengetahui masa depan kita?..."

Jawab sungai dengan keluasan kedalamannya,

"Kebahagiaan, sesungguhnyalah telah menyertai rahmat Gusti Allah atas hidup kita ini. Tidaklah tertinggal di masa kanak ataupun kelampauan.Tidak juga hilang di tengah perjalanan menuju kedewasaan, hingga kekinian kita. Pun tidak pula terpisah jauh menghadang di masa tua ataupun keakanan kelak. Hanya saja, ia bersemayam di relung hati.

Menukiklah pada kedalaman syukur, akurkan pikiran dan perasaan dalam tafakur. Lalu rasakan bahwa senantiasa ia (=kharisma ghaib atas puja-puji yang menjelmakan ketenangan dan kedamaian hati) yang dibahasakan sebagai bahagia itu, menyertai setiap tarikan nafas kita.

Tak kekurangan sesuatu apa dan hanya itu yang dirasa, pun yang sesungguhnya bernamakan bahagia dalam makna sesungguhnya. Manifestasi surga yang dijanjikan Gusti Allah pada seluruh umatNya, telah bisa dirasakan kebenarannya begitu manusia mensyukuri nikmat berada dekat denganNya!

Kuncinya: mengenali jati diri yang sejati! Karena hanya bila manusia telah mengenal jati dirinya yang sejati, karunia nikmat batin bernamakan bahagia (rahmat karunia asali, hakiki, abadi atas ridhloNya) yang tiada putus-putusnya itulah pencapaian hakekat.

Syahadat paska ucapan! Si hamba bersaksi akan Tuhannya, dan Tuhan sendiri berkenan mengakui dan bersaksi akan hambaNya. 'Wruhanira, Sejatining Sun, Allah Pangeranira,.. tan sejatinira utusan Ingsun!'..."

Cintaku Pemalu

kuturunkan kedua tanganku,
padahal sedang asik aku
berbisik mesra kepadaMU

kusembunyikan wajahku
padahal sedang kurasakan hangatnya
air mata membelai kedua pipiku
saatku memandangMU

kututup mulutku
padahal sedang tenggelam aku
dalam irama mengukir ucapanMU

cintaku kepadaMU, duh Gusti
sebuah cinta yang pemalu

Melihat Takdir

Gusti Allah Maha Berdiri Sendiri dan ndak membutuhkan siapapun atau apapun, sementara kita senantiasa bergantung kepadaNya. Ketetapan, kenyataan hidup, perintah dan laranganNya, kebutuhan dan amalan kita, adalah bagian dari kehendak dan rencanaNya. Gusti Allah adalah pencipta dan pemelihara segala yang kasat mata dan tak kasat mata, dalam ruang dan waktu, dan di luar ruang dan waktu, sebelum sekarang, sekarang, dan yang akan datang.

Kita memohon kepadaNya agar membuat kita ridla dengan keputusanNya dan sabar dengan apa yang kita alami. Penderitaan atau ketersesatan adalah jalan sebab kepada rasa butuh kita, sehingga kita mau bertaubat dan berdoa kepadaNya, menangis dan mendamba kedekatan serta perhatianNya. Subhanallah. Sesungguhnyalah amal dan kebutuhan kita bukanlah penyebab kemurahan dan rahmatNya. Mereka ada hanya untuk mengurangi rintangan dan hijab di depan hati kita, sehingga kita menjadi bisa melihat kemurahanNya. Takdir kita...adalah hasil dari bertumpuknya ketetapan, yang saling berhubungan dengan sarana sebab akibat. Sedangkan rahmat, cinta, dan keadilanNya adalah kekal abadi.

Cinta, ampunan, dan rahmatNya telah mendahului semua eksistensi.
Amal kita mengikuti papan petunjuk jalan, padahal sebenarnya kita telah ada di kotaNya !

Subhanallah...

Kebaikan Dalam Tataran Ilahiah

Ketika Kanjeng Nabi Khidir membinasakan seorang anak kecil dengan kedua tangannya, bahkan seorang Nabi Musa pun menolak realita itu. Di hadapan mata akal dan perasaan manusiawinya, tindakan sang guru itu adalah sebuah kekejaman dan kebiadaban. Tidak berperikemanusiaan. Namun belakangan, ketika kepadanya dibukakan lintasan realita pada tataran keilmuan ilahiah, maka ia menjadi paham. Dalam perjalanan waktu, sang anak akan tumbuh menjadi penjahat besar dan penentang tuhan yang akan menyengsarakan keluarga dan kehidupan di sekitarnya.

Sesungguhnya realita tidak berhenti di saat ini, pada detik ini. Dalam tataran keilmuan ilahiah, realita berjalan dan menyebar jauh melintasi ruang dan waktu. Bahkan jauh melampaui umur hidup kita.

Berbaik sangkalah kepada IA Yang Maha Rahmaan, yang telah menciptakan makhluq dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Berbaik sangkalah kepadaNYA yang telah memelihara kita selama ini, dan dengan diam-diam telah memenuhi semua kebutuhan kita. Maha suci Gusti Allah dari sifat-sifat yang jahat dan buruk. Sesungguhnya kasih sayangNya kepada makhluqNya melebihi cinta kasih kedua orangtua mereka. Demi Allah, bahkan sayap nyamuk menggetarkan kesaksian kepada kesucianNya !

Bahkan ketika IA mengambil kembali puluhan ribu, ratusan ribu, atau bahkan jutaan jiwa dari kita. Subhanallah, IA Maha Suci dan Maha Mensucikan…Allahu Al-Quddus. Allohu al-Muqaddas.. Semua kejadian adalah kehendakNya melalui jalan-jalan sebab yang dihamparkanNya. Semua untuk kebaikan kita. Meskipun akal dan perasaan manusiawi kita menyematkan nilai kekejaman, kesadisan, kepedihan, dan penderitaan kepada kenyataan pahit yang terhampar. Meskipun rasa kemanusiaan kita senantiasa menolak bencana ketika itu terjadi, memberontak dan bahkan seringkali menyalahkanNya.

Sesungguhnya IA Maha Mengatur dan Memelihara seluruh ciptaanNya. Semuanya. Tanpa terkecuali. Dalam kebaikan, untuk kebaikan, dengan kebaikan. Semua aturan hidup dibentangkanNya untuk memuliakan manusia di dunia ini. Dalam rahasia rencana-rencanaNya, semua kebaikan mengalir menyelimuti kehidupan manusia semuanya.

Dan ketika kita melihat banyak wajah kecil dengan tangan-tangan kecil, dan banyak orang baik, dan wanita, dan para orang tua, dalam barisan jiwa yang kembali itu…Maka sesungguhnya Gusti Allah lebih mengetahui kesucian dan kebaikan sebesar zarrah dari makhluqNya. Dan IA tak pernah berlaku zhalim terhadap sebesar zarrah kebaikan dan kesucian.

Minggu

Orang Biasa

Yang Maha Pelimpah Kasih Sayang,
Jadikanlah aku orang biasa-biasa saja,
dengan sedikit kemampuan untuk berzikir tentangMU di tengah kecintaanku kepada dunia

Jadikanlah aku orang biasa,
dengan hati yang sekedar bisa bergetar saat membisikkan namaMU
untuk sekedar bisa menangis dalam berdoa kepadaMU

Jadikanlah aku orang biasa,
dengan sekedar harapanakan ampunan dan belas kasihMU
saat kunikmati riya' dan berbangga diri

Jadikanlah aku orang biasa, yang kutahu tak mampu menjaga mata, mulut, telinga
dan hatiku,selain memohon MU untuk menjagakannya untukku,
dari segala hal yang menjauhkanku dariMU

Jadikanlah aku orang biasa,
yang Engkau tempatkan aku di shaft paling belakang
dalam barisan orang-orang yang menyenandungkan puji kepadaMU
yang tenggelam dalam kesejukan ramadhan tahun ini,
di ujung terjauh halaman istanaMU...

Ya Allah,Jadikanlah aku orang biasa-biasa saja...

Rantai I'tikaf Sepanjang Pulang

Semoga perjalananmu di malam-malam penuh kemuliaan,
di malam keduapuluhtujuh, malam keduapuluhdelapan, dan malam keduapuluhsembilan,
dan menetapnya (i'tikaf) engkau dalam laju kendaraan, dikaruniai kelapangan dan kemudahan.

Dan seandainya perjalananmu diwarnai oleh antrian kendaraan yang tak kunjung putus,
maka ingatlah bahwa seribu kendaraan di depan dan di belakangmu, sembilan ratus sembilan puluh sembilan darinya mungkin sedang tenggelam dalam zikir: lantunan nasyid raihan penuh tasbih, tahmid, dan takbir; keceriaan shalawat Tasya dan Maissy; keindahan qira'a; lautan hikmah dalam rekaman ceramah aa gym, kelembutan la preghiera (the prayer) andrea bocelli; atau sekedar mensyukuri kebaikan Allah dalam buaian mimpi indah.

Sebuah majlis i'tikaf terpanjang di dunia! yang untaian zikirnya naik ke langit dengan tiada putus dari darat, laut dan udara. Alangkah beruntungnya. Insya Allah....

Dan sebagai balasan rasa ketakjubannya,malaikat jibril radhiallahu anhu mengembangkan sayapnya membentang sepenuh horizon, dan dari setiap helai bulu sayapnya yang berpendar menerangi langit malam, menetes jutaan butir cahaya bagai hujan yang menyirami para pemudik, membasuh mereka dengan kemuliaan seribu bulan dari lailatul qadr yang dijanjikan.Subhanallah....

Selamat lebaran. Selamat kembali kepada keawalanmu: ruh-ruh yang bersaksi kepada eksistensi rububiyah: Ketuhanan Yang Maha Mengawali Segala Penciptaan, Yang Maha Penuh Kasih Sayang, Yang Maha Memelihara Segala Ciptaan, Yang Maha Mengetahui Kebaikan Dari Segala Rahasia Kehidupan.....

Taqabbalallahu minna wa minkum,Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Rabu

ruhmu merindu

Tidakkah kau ingat tentang negeri asalmu? Tempat pertama di mana IA menciptakan semua ruh dalam wujud hakiki yang paling baik di alam lahut, ketika namamu adalah ruh qudsi. Kemudian IA memberimu pakaian dari cahaya alam jabarut dan menurunkanmu ke alam yang lebih rendah lagi, dan namamu adalah ruh sulthoni. Dan darinya IA kemudian membungkusmu lagi dengan pakaian cahaya malakut, dan menurunkanmu ke alam yang lebih rendah lagi dan namamu adalah ruh rowani. Dan kemudian IA melapisimu dengan pakaian cahaya al-mulk, dan menurunkanmu sekali lagi dan namamu kini adalah ruh jasmani. Dan kemudian IA menciptakan jasad sebagai pakaian terluarmu, maka engkau semua memasukinya dengan perintahNya sambil bersaksi kepadaNya..

"Ya, Gusti Allah..Engkaulah Tuhanku, Penciptaku, dan Pemeliharaku...". Dan kemudian ruh bergantung kepada jasad, maka dengan IzinNya engkau melupakan janji dan kesaksianmu kepadaNya.

Subhanallah. Sesungguhnyalah jauh di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Ia senantiasa ingin kembali ke sana, kembali ke wujud terbaiknya. Siapapun kita. Di balik keterlenaan kita dalam alam jasadi ini, di dalam keterhanyutan kita dalam banyak hasrat, nafsu, dan keinginan diri, di bawah tekanan ambisi dan kebutaan hati, ruh kita terus merintih meminta kembali..

"duh,Gusti...duh,Gusti...betapa aku sangat merindukanMu...bebaskan aku dari penjara yang membelenggu..lepaskan aku dari jerat yang menahanku! duh,Gusti...aku menangis dalam keterpaksaan ini...hasrat diri membawaku ke tempat-tempat yang kutakmau... menjauhiMu...keinginan diri memaksaku melakukan apa-apa yang kutak setuju...mengoyak kesucianku...merobek kemuliaanku!! duh, Gusti...dengar rintihku..betapa aku merinduMu..."

Subhanallah. Di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Dengarkan ia, kasihanilah ia, dan penuhilah keinginannya. Hantarkan ia menaiki setiap jenjang alam kembali ke wujud terbaiknya. Demi Allah, jika engkau bisa mendengar rintihannya, maka hanya Gusti Allah keinginannya. Tidak yang lainnya. Jika engkau bisa mendengar tangisnya, maka hanya Gusti Allah isi kerinduannya. Bukan yang lainnya.

Subhanallah..

kembaliku

Subhanallah. Dan tibalah akhir waktuku, maka semua yang kukejar selama ini dan kumiliki selama ini menjauh dariku.Harta benda yang siang dan malam kukumpulkan, anak dan isteri yang bertahun kubanggakan dan memanjakan hidupku, dan kebesaran yang kutinggikan dari jabatan dan kekuasaan yang selama ini kuagungkan dan kuperjuangkan. Dan segala kenikmatan dunia dan semua gemerlap perhiasan dunia, yang selama ini kuteguk dalam kesenangan. Semuanya berhenti menemaniku, dan satu persatu menjauh dariku.

Duh Gusti, semua selainMu yang kusandarkan diriku kepadanya untuk memperoleh apa yg kuinginkan di dunia ini tak ada yang bersedia menemaniku dan mereka berpaling dariku. Di manakah mereka ketika aku membutuhkan teman dalam akhir perjalananku yang sepi ini? Bahkan keluargaku hanya dapat menemaniku hingga batas butiran tanah terakhir dan helai daun bunga yang mereka tebarkan di atas diriku...

"Duh,Gusti..hanya ampunanMu yang kuharapkan,
duhai Yang Maha Agung yang Tiada Tuhan melainkan Engkau.
Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri
dan tak membutuhkan siapapun untuk keberadaanMu.

Inilah diriku. Sendiri...
yang bertaubat kepada keMaha Rahmaan RahiimanMu,
yang bertaubat sebagaimana taubatnya hamba yang berlaku zhalim dan berselimut dosa.
yang bertaubat kepadaMu sebagaimana taubatnya hamba yang tiada memiliki daya dan kekuatan untuk berbuat kebaikan ataupun keburukan.
yang bertaubat kepadaMu sebagaimana taubatnya hamba yang tiada berdaya untuk memiliki hidup ataupun mati ataupun saat kebangkitan nanti.

Ya Allah, aku mohon ampunanMu duhai Dzat Yang Maha Agung.
Maha Suci Engkau dengan segala KebesaranMu dan sepenuh puji-puji hanyalah untukMu..."


(untaian doa setelah dua raka'at sholat taubatku)

a Gift of Honor

Empatratustigapuluhdelapanributahun sebelum penciptaan semesta, ditegakkanNYA Syajaratul Kaun -Pohon Kepastian- yang darinya empat dahan menjulang. Ruh Kanjeng Nabi Muhammad saw yang tlah diciptaNya, IA letakkan di salah satu dahannya. Maka ruh itu bersyukur atas perwujudannya dan melantunkan pujian selama empatpuluhribu masa,

"Allahu Zul-Jalali wal-Ikram..."
Duhai Gusti, Engkaulah pemilik segala keluruhan dan kemurahan....

Empatpuluhributahun berlalu dan selama itu pula ruh memujiNya. Kemudian IA mencipta cermin dan diletakkanNya di hadapan Ruh Kanjeng Nabi kekasihNya, sehingga kini ia bisa melihat wujudnya. Dalam keterpanaan sang ruh memandang citra keindahan dan kesempurnaan dirinya, lima kali ia berucap syukur menerima anugerahNya,..

"Shukran lillaahi ta'ala"... terima kasih duh Gusti, Yang Maha Tinggi.....

dan pada setiap kali ucapan syukur ia tersungkur bersujud, sepenuh pengagungan dan penghambaan sembari bertabish mensucikan asmaNya,

"Subhanal-aliyyul-azhim, wa la yajhalu"... Maha Suci Engkau, Yang Maha Sepenuh Kuasa lagi Maha Tinggi, Yang tak ada sesuatupun luput dariMU..

"Subhanal-halim alladzi la yu'ajjalu"... Maha Suci Engkau, Yang Maha Penuh Keadilan lagi Maha Penuh Kesabaran...

"Subhanal-jawad alladhi la yabkhalu"... Maha Suci Engkau, Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi...

Subhanallah, demikianlah lima waktu bersujud dalam seharisemalam merupakan anugerah tanda penghormatan dari Gusti Allah SWT kepada umat Kanjeng Nabi saw.



***
disarikan dan dibahasakan kembali dari wejangan Syeikh Maulana Hisyam Kabbani dan Syeikh Nazim Ad'l alHaqqani
http://naqshbandi.org/frmteach.htm

Marhabban

Dan arsy-pun bergetar, maka semesta alam malakut bergetar bersamanya. Dengan kehendakNya diturunkanlah nur muhammadiyah yang sekian lama telah IA cipta, bahkan sebelum penciptaan segala makhluqNya. Sebelum semesta, sebelum nabi Adam, sebelum penciptaan neraka dan surgaNya. Kanjeng nabi kekasihNya yang adalah pantulan pertama dari Cahaya MahaindahNya, perwujudan (tajalli) pertama dari keMahalembutanNya, keMaha Rahmaan Rahiiman IA.

Dan arsy-pun bergetar dalam lautan tasbih mensucikan asmaNya, ketika tangan ribuan malaikat suciNya bergantian menyangga nur yang benderang tak menyilaukan itu. Mereka membawanya dengan sentuhan penuh kelembutan...menuruni satu demi satu lapisan langit hingga ke langit dunia. Dan semesta tenggelam dalam lautan tasbih mensucikan asmaNya...Subhanalloh.. dalam samudera tahmid penuh syukur kepadaNya...Alhamdullillah...dalam lautan tahlil mengesakanNya..Laa ilaha illa Allah....dalam samudera takbir membesarkan asmanya....Allahu Akbar!!.... Maka bergemuruh tiap lapisan semesta sepanjang perjalanan nur penuh kemuliaan....hingga nur itu diletakkanNya dalam rahim sang Ibunda.

Dan ketika waktunya telah menjelang tiba, maka ribuan bidadari bercahaya bersama dengan dua wanita mulia menemani ibunda kanjeng Nabi, menenangkan, dan menghiburnya. Siti Asiyah, yang telah dimuliakanNya dalam pengorbanan jiwa di hadapan sang suami Firaun sang raja. Siti Maryam, yang telah dimuliakanNya dalam kesucian sejak lahir dan sepanjang hayatnya. Keduanya dan ribuan bidadariNya bak selimut cahaya berdiri mengelilingi sang Ibunda. Menanti detik-detik yang mulia. Dan ketika dengan izin Gusti Allah, ruh membangkitkan jiwa, maka mewujudlah Kanjeng Nabi Muhammad... maka seluruh mereka bershalawat kepadanya..

Ya nabi salam 'alayka, ya rasul salam 'alayka, ya habib salam 'alayka, sholawatullahi 'alayka... Marhabban, ya nurul 'aini..

Duhai,Nabi..salam sejahtera bagimu. Duhai,rasul..salam sejahtera untukmu.
Duhai, kekasih..salam sejahtera untukmu. Shalawat Allah bagi dirimu....
Selamat datang, duhai cahaya awal dari segalanya
...

Mukadimmah Semesta

"Apa yang harus aku tuliskan, duh Gusti?",

tanya Qalam sang Pena saat telah menjadi wujudnya. Dan di ujung pena telah dihamparkan titik-titik dalam Lauhul Mahfuz, Kitab Kehidupan, dan jarak di antara dua titiknya adalah sejauh dua tahun pengembaraan.

"Tuliskan semua kisah kehidupan, semua perjumpaan dan perpisahan. Semua kelahiran dan kematian. Semua lintasan dan persinggungan peran. Setiap helai daun kapan ia berguguran. Setiap degub hati dan ramainya bersitan. Tuliskan semua yang akan terjadi, untuk setiap waktu hingga tiba Hari Pengadilan nanti !", Titah Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta.

"Duh Gusti, dengan apa hamba harus mengawali tulisan kehidupan ini?.", tanya sang Pena kembali.
"Dengan ini, wahai Pena: Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahiim."... Dengan asma Allah, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang...

Maka dengan penuh pengabdian dan penghormatan, sang Pena menggoreskan dirinya pada lembaran pertama Kitab Kehidupan. Menuliskan untaian kata pertama sebagai pembuka semua lintasan nasib, takdir, dan sejarah kehidupan. Bismillaah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim..... terselesaikan dalam tujuh ratus tahun waktu penulisan. Subhanallah.

Dan bertitahlah Gusti Allah SWT kepada Pena,
"Wahai Pena, betapa engkau membutuhkan tujuh ratus tahun untuk menuliskan tiga nama dari nama-nama KemuliaanKU; nama keMahaagunganKU, nama keMahapengampunanKU, dan nama keMahawelasasihanKU. Ketahuilah bahwa tiga nama ini Kuhadiahkan kepada umat manusia yang mencintai kekasihKU Muhammad saw. Dengan keMahakuasaanKU, aku bersumpah bahwa kapanpun seorang hambaKU dari pengikut Muhammad saw melisankan Bismillahirrahmaanirrahiim dengan penuh ketulusan dan ketakziman,...maka AKU akan menghadiahinya tujuh ratus tahun anugerah yang tak terhingga..dan KUhapuskan baginya tujuh ratus silap-kesalahannya"

Subhanallah..

Bapak Para Ruh


"Wahai malaikat utama, berapa lamakah waktu berlalu sejak ruhku diciptaNYA hingga mewujudku?",

tanya Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada Jibril. Dengan penuh penghormatan Jibril menjawab, "Betapa aku tak mengetahui dengan pasti jumlah tahunnya. Yang kutahu, bahwa setiap tujuhpuluhribu tahun akhirah seberkas cahaya dahsyat memancar dari balik puncak Tahta KeagunganNYA. Cahayanya begitu gemerlap, indah tapi tak menyilaukan penglihatan. Dan sejak aku dicipta, pancaran cahaya itu telah duabelas ribu kali terjadi."

"Tahukah engkau apakah cahaya itu?", tanya Kanjeng Nabi saw.
"Aku tak mengetahui, apakah itu?", tanya Jibril.
"Sesungguhnya cahaya itu adalah cahaya ruhku yang telah diciptaNYA terdahulu.."

IA mencipta ruh Kanjeng Nabi saw kemudian meletakkannya di dalam sebuah lampu emerald hijau, yang digantungkannya pada Syajaratul Kaun Pohon Kepastian. Kemudian dengan perintahNYA, maka ruh Kanjeng Nabi saw melantunkan Asmaul Husna nama-nama indahNYA sebagai tanda pengagungan tertinggi untukNYA. Seribu tahun akhirah untuk setiap asmaNYA.

Ketika tiba pada asma Ar-Rahmaan (Yang Maha Pengasih), maka darinya tercipta ruh para Nabi as. Ketika tiba pada asma Al-Qahhar (Yang Maha Perkasa), maka darinya tercipta ruh para Malaikat Suci. Kemudian darinya pula Gusti Allah SWT mencipta semesta ruh, ruh para manusia yang mengimani maupun ruh para manusia yang mengingkari. Demikianlah mengapa Kanjeng Nabi saw juga dinamai "Abu Arwah", Bapak para arwah/ruh.

Maka semesta ruh berkumpul mengelilingi ruh Kanjeng Nabi saw, mengitarinya dan menyampaikan penghormatan kepadanya selama seribu tahun akhirah. Kemudian dengan perintahNYA, mereka berbaris berlapis empat: ruh para nabi dan rasul pada baris pertama, ruh para Awliya pada baris kedua, ruh mereka yang mengimaninya pada baris ketiga, dan ruh mereka yang mengingkarinya pada baris keempat. Demikianlah semesta ruh seluruhnya tetap tinggal di alam ruh di sisi Gusti Allah SWT hingga gilirannya tiba..untuk mewujud ke dunia. Subhanallah...

Allahumma Shalli 'ala sayyidina Muhammad...Allahumma shalli 'alayhi wa sallim...

Cahaya Awal Semesta


"Apakah yang pertama kali IA cipta sebelum diciptaNya segala yang ada?..",

tanya seorang Sahabat ra kpd Kanjeng Nabi Muhammad saw. "Cahayaku, duhai Sahabat. Nur Muhammadiyah yang diciptaNya dari Maha CahayaNya. Bahkan sebelum diciptaNya Pena (Qalam) penggurat takdir, sebelum diciptaNya Kitab Kehidupan (Lauh al-Mahfuz), sebelum surga dan neraka, sebelum para malaikat, sebelum langit dan bumi, sebelum bulan dan matahri, sebelum jin dan manusia. Hanya Cahayaku." Maka dengannya kemudian tertampakkan semesta...

Dari Cahaya itu kemudian Gusti Allah memecahnya menjadi empat bagian. Dari bagian pertama IA mencipta dan menampakkan Pena. Kitab Kehidupan Lauh al-Mahfuz IA cipta dari bagian kedua. Dari bagian ketiga IA mencipta Arsy, singgasana. Kemudian IA memecah lagi bagian keempat menjadi empat bagian.

Dari bagian pertamanya, IA cipta para malaikat penyangga Arsy singgasana. Al-Kursy, balairung Kerajaan, IA cipta dari bagian kedua. Dari bagian ketiga, IA cipta para malaikat penghuni alam tinggi. Kemudian IA memecah bagian keempat menjadi empat bagian lagi.

Dari bagian pertama cahaya, maka Langit diciptaNya. Sementara Bumi dari bagian kedua. Jin dan api dari bagian ketiga. Dan sekali lagi IA memecah bagian keempat menjadi empat bagian lagi.

Dari bagian pertamanya, IA mencipta cahaya yang menjadi tanda dari manusia yang mengakui IA dan keMahaKuasaan-Nya. Dari bagian kedua, IA mencipta cahaya yang ditanamkanNya di dalam hati setiap manusia..yang senantiasa mengilhamkan pengetahuan ilahiah untuk Kebaikan dan Kesucian mereka. Dari bagian ketiga, IA mencipta cahaya yang IA basuhkan pada setiap lidah untuk melisankan kalimat meng-Esa-kanNya (Tauhid). Dan dari bagian keempat akhirnya, IA cipta beragam cahaya, yang dengannya ruh Kanjeng Nabi saw berhias cahaya cahaya. Subhanallah ...

Ya nabi salam 'alayka, ya rasul salam 'alayka, ya habib salam 'alayka, sholawatullahi 'alayka...Marhabban, ya nurul 'aini..

Duhai,Nabi..salam sejahtera bagimu. Duhai,rasul..salam sejahtera untukmu.
Duhai, kekasih..salam sejahtera untukmu. Shalawat Allah bagi dirimu....Selamat datang, duhai cahaya awal dari segalanya...

bagaimana aku mencintaimu?

Bagaimana aku mencintaimu, duhai Kanjeng Nabi saw? dan memperoleh keberkahan dan keridlaanNya atas cintaku kepadamu itu? Sementara tak kuasa aku memperbanyak puasa mengikuti tuntunanmu, tak pula berdaya aku untuk banyak menyendiri dengan sholat malamku.

"Siapa yang bersholawat atasku sekali, Gusti Allah akan bersholawat padanya sepuluh kali"
(Hadits, Riwayat Muslim dan Abu Dawud)

Seandainya sepanjang hidup engkau melakukan seluruh amal ketaatan, lalu Gusti Allah memberikan satu sholawat saja atasmu, maka satu sholawat itu adalah melebihi nilai semua amal ketaatan yang engkau lakukan sepanjang hidupmu. Sebab, engkau bersholawat sesuai dengan kapasitas kemanusiaanmu. Sementara Gusti Allah bersholawat untukmu sesuai dengan Rububiyah (keMahaMuliaan sifat Ketuhanan)-Nya. Dan itu baru satu sholawat!

Lalu, bagaimana jika Gusti Allah bersholawat untukmu sebanyak sepuluh kali atas setiap satu sholawat yang engkau hadiahkan kepada Kanjeng Nabi saw?

"Allahumma Shalli 'ala sayyidina Muhammad..Allahumma shalli 'alayhi wa sallim..."


Sumber: Ibn 'Atha'illaah as-Sakandary, "Bahjat al_nufuus", "Tutur Penerang Hati", Serambi.

The Seekers

The seekers that's all what we are
to unveil the unseen of The Most Seen
to find the hidden of The Most Existent
to quest the wondrous of The Most Obvious

Jumat

Prosesi Hati

Mengapa Gusti Allah menjadikan sebagian hati terhijab dariNya? Bukankah IA sungguh Maha Kuasa untuk menjadikan semua hati memandangNya dan bersujud penuh takzim kepadaNya? Mengapa tak semua orang IA takdirkan tuk terlahir sebagai pengabdi yang taat kepadaNya? Bukankah IA sungguh Maha Berkehendak, yang kehendakNya tak mungkin ditolak oleh siapapun jua? Menagapa tak semua orang IA anugerahkan bahagia sejak masa pertama kelahiran dan sepanjang hidup mereka? Bukankah IA sungguh Maha Melapangkan dada-daada sehingga kesedihan dan kesengsaraan tak ada dirasa?...

Sungguh jika IA menghendaki, maka semua hati kan tunduk kepadaNya. Semua kening kan bersujud di hadapanNya. Semua jiwa menjadi pengabdi setia dan taat kepadaNya. Semua dada bagai samudera.

Namun IA menginginkan dicinta, dan menginginkan kita bisa menikmati rasa cinta kepadaNya. IA menginginkan dirindukan, dan menginginkan kita bisa merasakan kemabukan merindu dan harapan. IA menginginkan didekati, dan menginginkan kita semakin bahagia pada setiap langkah kita "mendekati"Nya. Maka IA kemudian menciptakan "jarak", "kejauhan", "kemisterian" dan "kehilangan", padahal IA sangat dekat dan senantiasa berada bersama kita !...

Maka IA memperjalankan kita melintasi "jarak", mempersempit "kejauhan", menyingkap "kemisterian", dan memunguti jejak-jejak tuk "menemukan"Nya. Terkadang melalui lintasan-lintasan terjal dan kelam. Terkadang melalui ketertenggelaman dalam kegelapan. Terkadang melalui lautan angkara, amarah, dan kemurkaan. Terkadang melalui hempasan yang melelahkan dan keputusasaan. Sesungguhnya semuanya adalah prosesi untuk menyiapkan diri kita tuk menjumpaiNya...dengan rasa cinta dan kerinduan yang dalam.

Setiap hati memiliki prosesi yang harus dilalui.....

Kamis

Pisau KeRahiman

Ada seorang nabi, yang Gusti Allah sangat mencintainya. Begitu sangat cintaNya, sehingga IA memberikan penderitaan yang dahsyat kepada sang hamba. Nabi Ayyub alaihi salaam, telah dipilihNya untuk hanya mencintaiNya..untuk mengisi hatinya hanya dengan IA, hingga tak ada sedikitpun bagian yang diperuntukkan bagi selain IA di dalam dirinya. Maka Gusti Allah kemudian mengucilkan ia dari harta-harta yang dimilikinya. Menjauhkan ia dari anak-anak, isteri, dan para pengikutnya. Lalu menempatkan ia di sebuah gubuk reyot di atas tanah pembuangan sampah di luar perkampungan sebagai tempat tinggalnya. Tidak ada lagi yang tersisa dari keluarganya selain isterinya, yang memburuhkan diri bekerja pada orang-orang dan pulang dengan membawa sesuap makanan untuknya. Bahkan..Gusti Allah kemudian menghilangkan daging, kulit, dan tenaganya, hingga menyisakan hanya telinga, mata, dan hati, demi memperlihatkan keajaiban qudrah kekuasaanNya.

Namun sang nabi terus memuji kesucianNYA dengan lisannya dan bermunajat dengan hatinya. Ia melihat semua keajaiban itu dengan matanya, sementara nyawanya maju mundur dalam jasadnya. Dan para malaikat bersalawat memohon kesejahteraan untuknya serta membesuknya.

Sang hamba terputus dari manusia, namun tersambung dengan kasih keintiman denganNya. Ia juga terputus dari sarana-sarana, daya upaya dan kekuatan, namun kemudian ia menjadi tawanan cintaNya, juga takdir, kekuasaan, kehendak, dan ketetapan terdahulu Nya. Perkaranya bermula pada kesabaran, dan berakhir menjadi kejelasan. Pada awalnya terasa pahit, namun akhirnya manis terasa. Sang nabi hidup nyaman di tengah petaka yang menimpanya, sebagaimana kenyamanan hidup Nabi Ibrahim as di tengah bara api yang membakarnya.

Kaum salih terbiasa bersabar menghadapi bencana, tanpa kecemasan sedikitpun sebagaimana kecemasan yang kita tunjukkan. Bencana memiliki banyak ragam. Ada yang menimpa fisik (al-bunyah) dan ada yg menimpa hati. Ada yang bersama makhluq, dan ada juga yang bersama Sang Pencipta. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak pernah ditimpa keperihan derita, sebab bencana adalah khatatif (pisau bedah untuk menyembuhkan luka) milik al-Haqq 'Azza wa Jalla.

Syekh 'Abd al-Qadir al-Jilani dlm kitabnya "Al Fath ar-Rabbani wa al-Fayd ar-Rahmani"

Selasa

Penghapus Kesedihan

"Akulah Artiyail, Malaikat pelipur lara dan penghancur kesedihan. Aku dicipta dengan rahmatNya, yang dikirimkanNya untuk menghibur manusia semuanya. Aku diciptakan untuk menyeka kesedihan dan rasa sakit dari nafas mereka yang dicintaiNya. Aku, dengan izinNya, mengembalikan manusia kepada kehidupan normal mereka dan membebaskan mereka dari kesempitan, rasa sakit karena depresi, dan kegelisahan.."

Penyakit jiwa adalah ujian terberat yang dikirimkanNya kepada manusia untuk mengingatkan mereka, bahwa mereka tidak boleh hanya mengejar-ngejar segala yang bersifat jasmaniah dan melupakan warisan sifat-sifat kemalaikatan mereka. Para malaikat selalu mengingatNya. Jika mereka berhenti mengingatNya, maka mereka akan serta-merta sirna. Demikian pula dengan manusia, yang perlu terus mengingatNya Sang Maha Pencipta Segala, Yang Maha Melingkupi mereka agar kehidupan mereka senantiasa dalam kebahagiaan dan bersyukur.

IA memerintahkan para malaikat untuk melayani mereka yang mengingatNya, dan menegur mereka yang melupakan dan mengabaikanNya. Bayi dan anak-anak menangis karena pahitnya obat. Manusia dewasa memahami kebutuhan mereka akan energi kemalaikatan dari kebajikan dan keindahan, dan jika mereka memilih untuk mengabaikan kebutuhan semacam ini, maka mereka diperingati melalui obat pahit berupa depresi. Sebuah shocks atas mereka yang mengabaikan dan melupakanNya, Maha Pencipta kebajikan dan keindahan.

Sifat kemalaikatan kita adalah dalam zikir kita kepadaNya dan mewujud indah bagi semua makhluqNya. Sementara sifat-sifat yang kasar hanyalah utk konsumsi hewan. Ketika manusia menjadi lupa dari mengingatNya, maka karat bertambah dalam hatinya. Depresi mengendap dan melankoli menemukan rumah tinggal tetapnya. Sebagaimana sabda Kanjeng Nabi, "Segala sesuatu ada semirnya. Dan semirnya hati adalah mengingat (zikir) kepadaNya"

Depresi adalah penyakit bagi hati dan jiwa yang tidak peduli. Hati yang waspada akan selalu menjaga kepercayaan dan harapan dan iman, dan menempati gerbangnya sebanyak malaikat pelindung yang diciptakanNya. Ia tidak pernah mengizinkan kegelapan depresi dan keraguan untuk masuk. Ia menjaga hati sebagaimana menjaga harta benda yang berharga dari jarahan pencuri. Dengan mengingatNya hati kan senantiasa terjaga. Dengan mengingatNya manusia dimuliakanNya. Dengan zikir, manusia menjadi cahaya...sebagaimana malaikat bercahaya.

Sepi Mengabadi


Menghitung hari demi hari dan kemanakah kebahagiaan yang kucari? Ku berlari kesana kemari, menaklukkan mentari, mengejar bayangan sendiri. Kusangka kutemukan pada banyak hati yang kulabuhkan semua kegundahan dan kesepian. Kusangka kudapatkan pada banyak kesibukan dan hiruk-pikuk kepenatan. Dan semakin waktu berlalu, tiada lagi keindahan dapat mempesonaku. Tarian kupu-kupu dan gemulai daun beribu tak lagi indah di mataku...

Hanya sepi dalam gejolak hati yang tak kunjung berhenti. Dalam angkara dan keabadian penyangkalan akan semua keadaan. "Bukan begini seharusnya!"..."Tidak seperti ini!"..."Bukan aku!"..."Bukan seperti ia yang kudamba!"....

Ah...di mana aku?... kan kemana aku?....












Senin

Keikhlasan

Ikhlas adalah meyakini, bahwa semua yang diberikan olehNya adalah yang terbaik untuk kita. Meskipun terlihat pedih dan berat untuk dijalani, tetapi semuanya untuk kebaikan ruh dan jiwa kita. Hamparan kenyataan yang diberikan olehNya adalah jalan terbaik bagi jiwa makhluqNya. Tanpa terkecuali. Maha Suci Gusti Allah yang memelihara alam semesta ini mulai dari alam kecil hingga alam raya yang sebesar2nya.

Keikhlasan kita akan membuka hati kita kepada cahayaNya, yang memancar menerangi relung jiwa kita. Menjadi penerang bagi perjalanan kita dalam melintasi kehidupan ini.
Ikhlas dalam berkehidupan, adalah ikhlas melihat dan menerima semua ketetapanNya. Baik maupun buruk di mata manusia. Semuanya bukanlah percuma, karena semuanya diciptakan Alloh untuk kebaikan yang paripurna buat manusia. Semuanya.

Keikhlasan hanya dapat diraih melalui pemahaman akan AsmaNya yang mulia dan indah. Gusti Allah Yang maha rahmaan, rahiim, pemelihara alam semesta. Yang Maha berkuasa, Yang Maha berkehendak namun dalam kelembutan luar biasa. Rahmat Allah tercurah tak ada habisnya untuk semua mahklukNya tanpa terkecuali. Keimanan membuat manusia menjadi bisa menyaksikan kebesaran dan kerahimanNya. Kekufuran adalah menutupi hati dan menipu jiwa dari ke-Maha kasihsayangNya. Allah. Allah. Allah. Dan semuanya bertasbih memuliakan namaNya. Di alam raya ini semuanya berzikir menyaksikan menjadi saksi akan kebesaran dan kerahimanNya.

Allah maha mengatur dan memelihara seluruh ciptaanNya. Semuanya. Tanpa terkecuali. Dalam kebaikan, untuk kebaikan, dengan kebaikan. Semua aturan hidup dibentangkanNya untuk memuliakan manusia di dunia ini. Dalam rahasia rencana2Nya semua kebaikan mengalir menyelimuti kehidupan manusia semuanya. Allah. Allah.Allah. Semuanya bertasbih menyaksikan ke-Maha RahimanNya. Allah.Allah.Allah. Bahkan seluruh zarrah di alam semesta ini bertasbih memuliakan kebesaran dan keagunganNya. Allah.Allah.Allah. Yang Maha Mulia, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Memelihara alam semesta!

Besujudlah kepadaNya dengan penuh keikhlasan menerima semua yang diberikanNya untukmu. Tak ada keraguan, tak ada pertanyaan untuk keRahimanNya. Subhanallah, Maha Suci Gusti Allah dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaan. Allah Maha Mulia, Allah Maha Kuasa, Allah Pemelihara alam semesta. Bersujudlah, bersujudlah! Allahu Akbar!...

Kembaliku


Dan tibalah akhir waktuku, maka semua yang kukejar selama ini dan kumiliki selama ini menjauh dariku.Harta benda yang siang dan malam kukumpulkan, anak dan isteri yang bertahun kubanggakan dan memanjakan hidupku, dan kebesaran yang kutinggikan dari jabatan dan kekuasaan yang selama ini kuagungkan dan kuperjuangkan. Dan segala kenikmatan dunia dan semua gemerlap perhiasan dunia, yang selama ini kuteguk dalam kesenangan. Semuanya berhenti menemaniku, dan satu persatu menjauh dariku.

Duh Gusti, semua selainMu yang kusandarkan diriku kepadanya untuk memperoleh apa yg kuinginkan di dunia ini tak ada yang bersedia menemaniku dan mereka berpaling dariku. Di manakah mereka ketika aku membutuhkan teman dalam akhir perjalananku yang sepi ini? Bahkan keluargaku hanya dapat menemaniku hingga batas butiran tanah terakhir dan helai daun bunga yang mereka tebarkan di atas diriku...

"Duh,Gusti..hanya ampunanMu yang kuharapkan,
duhai Yang Maha Agung yang Tiada Tuhan melainkan Engkau.
Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri dan tak membutuhkan siapapun untuk keberadaanMu.

Inilah diriku. Sendiri...
yang bertaubat kepada keMaha Rahmaan RahiimanMu, yang bertaubat sebagaimana taubatnya hamba yang berlaku zhalim dan berselimut dosa.
yang bertaubat kepadaMu sebagaimana taubatnya hamba yang tiada memiliki daya dan kekuatan untuk berbuat kebaikan ataupun keburukan.
yang bertaubat kepadaMu sebagaimana taubatnya hamba yang tiada berdaya untuk memiliki hidup ataupun mati
ataupun saat kebangkitan nanti.
Ya Allah,..aku mohon ampunanMu duhai Dzat Yang Maha Agung.
Maha Suci Engkau dengan segala KebesaranMu dan sepenuh puji-puji hanyalah untukMu..."


Dalam Pemeliharaan Paripurna

Gusti Allah lah yang telah menciptakan alam semesta ini, mulai dari makhluq yang terkecil hingga yang memenuhi alam raya. IA Maha berkuasa untuk memelihara semuanya sebaik-baiknya, dan ilmuNya meliputi apa-apa yang tampak maupun yang tidak nyata

Gusti Allah lah yang Maha kaya, Yang menjamin rizki semua makhluqNya..bahkan menghidupi semut2 yang engkau temui di kamar mandimu. Apa yang mereka makan dari sana? Mereka terus berkembang biak dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, dan sepanjang masa hidupnya...

Ruhmu Merindu

Sesungguhnyalah jauh di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Ia senantiasa ingin kembali ke sana, kembali ke wujud terbaiknya. Siapapun kita. Di balik keterlenaan kita dalam alam jasadi ini, di dalam keterhanyutan kita dalam banyak hasrat, nafsu, dan keinginan diri, di bawah tekanan ambisi dan kebutaan hati, ruh kita terus merintih meminta kembali..

"duh,Gusti...duh,Gusti...betapa aku sangat merindukanMu...bebaskan aku dari penjara yang membelenggu..lepaskan aku dari jerat yang menahanku! duh,Gusti...aku menangis dalam keterpaksaan ini...hasrat diri membawaku ke tempat-tempat yang kutakmau...menjauhiMu...keinginan diri memaksaku melakukan apa-apa yang kutak setuju...mengoyak kesucianku...merobek kemuliaanku!! duh, Gusti...dengar rintihku..betapa aku merinduMu..."

Subhanallah. Di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Dengarkan ia, kasihanilah ia, dan penuhilah keinginannya. Hantarkan ia menaiki setiap jenjang alam kembali ke wujud terbaiknya. Demi Allah, jika engkau bisa mendengar rintihannya, maka hanya Gusti Allah keinginannya. Tidak yang lainnya. Jika engkau bisa mendengar tangisnya, maka hanya Gusti Allah isi kerinduannya. Bukan yang lainnya...

Dalam Belenggu Nafsu


"Duh, Gusti..tiada kesanggupanku melepaskan diri dari hasrat, nafsu, dan keinginan diriku. Sesungguhnya Engkau tahu, betapa besar keinginanku untuk menggapaiMu, betapa merindu ruh ini memelukMu. Meski setiap kali aku terjerembab pada satu langkahku menujuMu. Duh, Gusti..betapa kuat ia mencengkeramku dan tak mau melepasku!! Duh, Gusti..tiada kesanggupanku melawan tarikan nafsuku...tiada kesanggupanku..."

Nafsu membelenggu dan tak melepasmu hingga engkau tunduk kepada keinginannya. Berjuanglah untuk melawannya dengan bersandar kepada kasihsayang dan kekuatan qudrahNya. Hanya IA yang bisa menolongmu membebaskan diri dari jerat nafsu dan segala bayangan duniawi. Tidak ada kekuatan selain yg dititipkan olehNya pada dirimu. Subhanallah, dan sesungguhnya Alloh Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Semuanya. Tak ada satupun makhluqNya yang dapat mengelak dari takdirNya, tak ada satu makhluqpun yang dapat melawan kehendakNya. Subhanallah...

Kesabaran untuk menghadapi ujian nafsu yang telah IA ciptakan untuk mengujimu. Gunakanlah kesabaran utk menghadapinya. Kesabaran berarti keteguhan untuk tidak tumbang diterpa badai cobaan. Kesabaran berarti keteguhan untuk menanggung cobaan dengan tidak mengeluh kepda rencana dan keputusanNya. Kesabaran adalah mutiara kehidupan.

Nafsu akan selalu mengganggu membisikimu. Bayangan dan ilusi diciptakannya utk mengelabuimu. Jangan tertipu. Semuanya adalah tak nyata. Semuanya hanyalah permainan nafsu yang membolak-balik perasaanmu. Semuanya tak nyata. Bersandarlah kepada keputusan Allah, maka akan kau temui pengalaman yang sejati. Pengalaman yg berjalan dalam skenarion Ilahi...

Terlampaui Batas Angan

Terlampaui batas antara angan dan nafsu, semua butuh waktu
Ada cinta asli dan palsu sulit kita rasa karena kita jauh dari rasa
Betapa berat cinta asli dalam bukti dan janji itu amat berarti,
itu sejati, sehati...

Tanpa terlihat jelas nafsu itu disana, nanti dan nanti
Dilihat indah diraba bubrah
Apapun itu kehendak nafsu, susah nian cari jati hati
Hancur dan leburlah perilaku, kurang indah itu untuk raih mata hati.

Lupakan

Kesalahan sebesar apapun janganlah menghalangi dirimu dari berbaik sangka kepadaNya, karena tak ada dosa yang terlalu besar di hadapan keMaha Rahmaan dan RahiimanNya. Jika kita masih mengandalkan amal kita dalam mengharapkan kasihsayangNya, maka kita akan menjadi pesimis dan patah harapan manakala kita berbuat salah sementara amal kita rasanya baru sedikit. Padahal kepada Gusti Allah lah kita semestinya bergantung. Karena mengandalkan amal, malah bisa melahirkan rasa kesombongan spiritual. Menyandarkan diri kepada amal dan ketaatan kita yang banyak, malah bisa melahirkan perasaan paling benar dan paling dekat kepada Gusti Allah.

Gusti Allah lah yang Maha Berkehendak, dan IA berkehendak memilih siapapun yang IA kehendaki. Kesalahan yang kita alami hanyalah peringatan untuk memperkuat kesadaran kita sebagai hamba yang penuh kelemahan dan kelalaian. Ketersesatan kita adalah pembangkit kesadaran akan kehendak, rahmat, dan kemurahanNya. Kebesaran ampunan Gusti Allah tidak bisa dilampaui oleh seluruh dosa-dosa hambaNya. Ampunan Gusti Allah lebih agung, lebih besar, lebih kinasih pada hamba-hambaNya yang bertobat.

Maka, lupakanlah kesalahan dan ketersesatan di masa lalumu. Menyebut-nyebut suasana musim kemarau di tengah musin hujan, sama halnya dengan musim kemarau itu sendiri. Taubat adalah melupakan dosa-dosa masa lalumu. Bagaimana bisa, hati yang telah dipenuhi oleh asmaNya dan mengingat kasihsayangNya akan mengingat selainNya??..

Subhanallah...

Lawan Nafsumu

Nafsu membelenggu dan tak menyisakan ruang untuk mengingat Allah. Menenggelamkan kesucian nurani di balik bayangan –bayangan ilusi yang diciptakan oleh akal dan gairah sesaat duniawi.Terbelenggu dalam jerat yang semakin ketat manakala engkau mengikuti dan menuruti kemauannya. Tak mungkin terlepas kecuali dengan kehendakNya yang Maha Rahmaan dan Rahiim.

Berjuanglah untuk membebaskan dirimu dari belenggu nafsu, seberat apapun itu. Bersandarlah kepada kekuatan Allah jika engkau merasa tak mampu untuk itu. Tiada kekuatanmu kecuali kepada kekuatan Ilahi Rabbi.

Duhai.. nafsu yang senantiasa membayangi gerak batinmu, jangan dengarkan ia jangan hiraukan ia karena ia akan terus membisiki rayuan untuk mengajakmu memasuki lembah kenistaannya. Hiasan dunia yang fana dan sesaat, karena setelah itu yg tinggal hanyalah kesengsaraan, kesempitan, kebencian, keputusasaan, ketidakberdayaan, keterpurukan, penderitaan, dan kehinaan di mata Allah. Jangan ikuti ia jika menjadi manusia mulia tujuan perjalananmu. Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah. Tiada kekuatan selain kekuatan Allah !!...

Tutup matamu dari penglihatan hina, tutup telingamu dari bisikan hina, tutup hatimu dari sentuhan-sentuhan batin yang hina yang ditiup2kan setan kepadamu. Semuanya adalah tiada. Semuanya adalah bayangan semata. Tidak nyata. Engkau akan mengetahuinya nanti setelah engkau tiada dan berdiri di hadapanNya. Hanya engkau dan IA. Semuanya hanyalah perhiasan dunia yang fana dan tidak nyata.

Nafsumu hanyalah debu di atas batu yg kemudian tertiup angin manakala semua kenikmatan itu telah berlalu. Ia tiada karena ia hanya hidup sesaat dari makanan batinmu yg engkau serahkan kepadanya. Ia akan mati jika engkau tak memberinya makan dan minuman dari hatimu. Ia akan pergi jika engkau memaksa hatimu untuk tidak memanjakannya. Sakit pada mulanya, tapi itu adalah peringatan kepadamu agar engkau tidak terjerumus ke dalam rayuan palsunya. Tunduklah dan rasakan kesakitanmu! Subhanallah, maha suci Allah yang hanya dengan kekuatanNYA engkau bisa melawan nafsumu.

Jangan patah semangat dalam perjuangan ini. Semuanya adalah pelajaran bagimu. Cermati satu persatu dan maknai semuanya dengan hati-hati. Dalam setiap peristiwa ada pelajaran tentang apa yg dapat menarikmu ke dalam jebakan nafsu. Setiap peristiwa menunjukkan pintu-pintunya. Setiap tatapan mata, setiap kerlingan, setiap bisikan, setiap gerak dan sentuhan. Semuanya menjadi pintu yang berbahaya bagi dirimu.

Anakku, tetap jaga kesucian batinmu. Jangan kotori dengan perhiasan murah dari dunia yang sesaat ini. Yakinlah, bhw kehidupan di alam nanti jauh lebih indah dan lebih membahagiakan rasanya. Semua yg dijanjikan dunia menjadi tidak berarti dibandingkan dengan semua yg diperoleh di alam nanti. Amat sangat jauh berbeda. Bagai bumi dan langit. Sabarlah dengan waktu. Bersabarlah dengan cobaan dan ujian yang diberikan kepadamu. Jangan tertipu, jangan terperdaya. Berat memang, anakku. Sangat berat. Tapi bukan sesuatu yang tidak mungkin untuk dilawan dan dikalahkan. Hanya satu yg musti diingat: tawakkal kepada pertolongan Gusti Allah. Istighfar dan bersabar. Meski engkau menjadi dikucilkan karenanya. Meski engkau menjadi sepi dan sendiri di dunia, tapi hatimu akan penuh dengan malaikat2NYA yang terus menerus menaburkan keindahan pesonanya, anakku.. Subhanallah..Subhanallah..Subhanallah..begitu indah..sangat indah..terindah.. Subhanallah.

Yakinlah anakku, dunia ini hanya sebentar. Mereka yg memiliki kecantikan dan pesona hanya sebentar. Bersabarlah dengan waktu. Sandarkan dirimu kepada pertolongan Allah untuk menaklukan nafsumu, Perbanyak istighfar. Lupakan kenikmatan sesaat, lupakan pesona sesaat, lupakan rayuan dan keharuman sesaat. Istighfar..istighfar..istighfar..

Sepi dari makhluqNya. Seindah apapun mereka. Maka akan IA ramaikan hatimu dengan keindahan yang terindah dari sisiNYA. Subhanallah…

Bersabarlah anakku. Bersabarlah…..

Berhentilah Di Sini ...

Kembara hati melanglang dunia mencari bahagia. Mendaki ketinggian dunia mencari damai di atas hamparan mega. Menyelami kedalaman lautan mencari hening dalam kesunyian yang dalam. Menjelajahi padang rumput savana dan perbukitan, mencari damai pada pucuk-pucuk ilalang dan bunga-bunga yang berterbangan. Menemani malam-malam penuh kesepian melabuhkan segala kegelisahan pada rembulan yang lembut mengambang. Mengunjungi banyak hati, melabuhkan rasa dan keinginan mencintai. Duhai, hati yang mencari bahagianya...kemana lagi engkau kan mencari? Berapa jauh lagi engkau kan pergi melangkahkan kaki? Berapa banyak hati lagi ?...

Dan waktu pun berlalu, dan seakan perjalananmu tak pernah berhenti. Tak pernah sampai. Hari berganti minggu, minggu memberi jalan kepada bulan, dan bertahun waktu satu-satu berlalu. Bahagia yang engkau cari hanya sekejap hadir dalam sejenak sepi, seteguk warna-warni, sebentar kepuasan jasadi. Dan segala pencarian itu terus kembali. Doamu seakan tak menghantarkanmu. Sujudmu seakan tak menyampaikanmu. Khusyu-mu seakan tak mendamaikan hatimu... Ah..harus bagaimana lagi aku?..

Berhentilah mengembara, duhai hati yang mencari. Diam di sini. Karena sesungguhnya "perjalanan" yang sebenarnya ada dalam hatimu. Engkau "mencari" apa yang sesungguhnya telah ada bersamamu sejak awal penciptaanmu. "Jarak" dan merasa "jauh"-mu sesungguhnya adalah tipuan mata dan ilusi yang menghalangimu. Berlapis hijab dicipta oleh akal, hasrat, tabiat dan angan-anganmu..."menjauhkan" mu. Nafsumu membangun dunia bayang-bayang yang menguasai akal, nurani dan jiwamu..."menutupi" mu. Padahal semua yang engkau cari telah ada bersamamu, dalam dirimu, bahkan lebih dekat daripada urat-lehermu!!

Bukan Kata Kata

Keindahan iman hanya terpancar manakala ia telah tertanam di hati manusia. Bersinar, bercahaya indahnya menerangi hati manusia di sekitarnya. Hanya di hati, iman dapat tumbuh subur. Akarnya menghunjam dalam dan ranting-rantingnya mengangkasa menembus langitNya.

Murnikan hatimu dengan keikhlasan dan ketulusan pengabdian kepadaNya saja. Keimanan adalah meyakini dalam hati, bahwa hanya ada satu tujuan hidup ini: Allah. Dan hanya Gusti Allah semata. Tidak ada lainnya yang mendampingi dalam menjadi tujuan perjalanan. Keimanan adalah meyakini, bahwa hanya Gusti Allah tempat bergantung dan bersandar. Karena tidak ada kekuatan selain kekuatanNya. Laa hawla wa laa quwwata illa billaah...

Iman yang hanya tergantung di mulut, hanyalah basa-basi dan hiasan dunia. Indah di mata, tapi buruk bersemayam di hati. Tiada kemurnian yang diberikan, tiada ketulusan, dan tiada keindahan. Iman di mulut hanyalah gula-gula. Yang terasa manis sekejap...tetapi lenyap seketika manakala kata-kata berakhir.

Tawakkal berarti menyerahkan semua urusan kepadaNya dan bukan kepada makhluqNya. Hanya kepadaNya tempat meminta, hanya kepadaNya tempat bersandar. Untuk urusan apapun jua. Dan tawakkal adalah sepenuh penghambaan kepadaNya, dalam kemurnian paripurna. Hanya kepada Allah, hanya untuk Allah, hanya dengan Allah...

Takwa di hati adalah penyerahan total kepada kekuasaan dan kemuliaanNya. Takwa di mulut adalah penghamburan kata-kata tak bermakna. Sedap didengar, tapi kata-kata tak bernyawa. Tak ada sedikitpun makna yang ditinggalkannya. Semuanya hampa...dan hanya kata-kata semata. Iman di hati, takwa di jiwa. Hanya kepada Allah, hanya dengan Allah, hanya untuk Allah. Laa ilaha illa Allah...

Dalam Belenggu Pengingkaran

Ada hati tak berhati.
Dalam sebuah gejolak, dalam pertarungan.
Antara ada fakta dalam sebuah penisbahan dalam alam
Tak terelak dalam nada sebuah sumber kemelut

Dalam duka nestapa,
Derita panjang teralir dari sebuah telaga dalam jelaga
Mengingkari antara realita terendam dalam jelaga angkara,

Aneh dan terluka.
Terlalu benar dalam belenggu keingkaran,
Dan terlalu lama dalam angkara.

Suka dan Duka Adalah Pelajaran DariNya

Hati adalah kumpulan keadaan yang selalu berubah setiap waktu. Kadang ia menjadi gembira dan bersuka. Kadang ia menjadi suka dan berpedih. Begitu selalu sepanjang masa tidak ada habisnya. Hingga kita mencapai batas usia. Jangan hanyutkan dirimu dalam naik-turunnya irama hati. Karena ia hanya akan mengombang-ambingkanmu. Menyebabkan gundah dan was-was, dan jalan masuk bagi bisikan setan ke dalam hatimu.

Sesungguhnya semua keadaan hakikatnya dari Gusti Allah semata. Sukamu, dukamu, tawamu, airmata pedihmu, semuanya adalah anugerahNya untuk melatih jiwa dan hatimu. Tanpa duka, engkau tak pernah dewasa. Tanpa airmata, engkau tak menghargai bahagia...

Terimalah dengan lapang dadamu semua yang IA berikan pada hatimu. Sakit dan gembiramu adalah pelajaran/hikmah yang harus engkau pahami. Jangan berlarut dalam duka, jangan terlena dalam suka. PAda setiapnya ada makna tersembunyi, yang hanya bisa dilihat dengan mata jiwa.

Gusti Allah Maha Halus dalam mengajarkan hamba-hambaNya. IA sisipkan rahasia-rahasiaNya dalam setiap kejadian, agar hamba-hambaNya dapat mengambil pelajaran yang dalam yang harus dibaca dan diresapi artinya secara perlahan. Untuk jadi pegangan perjalanan kehidupan.

Pedih, ceria, duka, tawa...adalah keadaan hati yang senantias berubah dan terus berubah sepanjang masa. Hingga usia kita tiba di akhirnya. Janga larut, jangan terlena, jangan hanyut dalam perasaan. Ambil hikmah dan pelajaran. Dalam dukamu ada cerita mulia. Dalam sukamu ada kisah mulia. Cari dan temukan kemuliaan itu dengan keikhlasan penerimaan kepada semua takdirNya! .....

What is World? (1): In the Ocean of Power

Air, water, mountains, animals, plants, your body, the chair on which you sit, in short, everything you see, touch, and feel, from the heaviest to the lightest is formed of atoms. Each page of the book you hold in your hand comprises billions of atoms. The diameter of an atom is only of the order of one millionth of a millimetre.

Visualize this: if you have an imaginary key in your hand that is as large as the earth, then each atom inside the key is the size of a cherry. Now take a single grain of salt and let us assume that we are able to count one billion (1,000,000,000) atoms per second. Then we would need over five hundred years to count the number of atoms inside this tiny grain of salt !!

What, then is there inside such a small structure?

The nucleus is located right at the centre of the atom. The radius of the nucleus is about ten thousandth of the radius of the atom. The volume of the nucleus is equal to a ten billionth of the volume of the atom.

To see the nucleus, we have to re-scale our imaginary Key and Cherry. The cherry representing our atom must again expand and become a large ball two hundred metres in diameter. Even at this unbelievable scale, the nucleus of our atom would not become any bigger than a very tiny grain of dust.

Yet there is one thing even more surprising than that: although its size is one ten billionth of an atom's size, the nucleus' mass comprises 99.95% of the mass of the atom !! The density comprising the mass of the atom is not distributed evenly throughout the whole atom. Due to the strong nuclear force, which is 100 times stronger than the repulsive force of the protons, the electro-magnetic force becomes ineffective, and thus all the protons's mass can be squeezed tightly together in the nuclei.

Therefore the greater part of an atom consists of space. Empty space. There is nothing else between the nucleus and the electrons that revolve around it. There is only a great space lying between the basic particles. If a small marble of one centimetre in diameter represents the electron closest to the nucleus, the nucleus would be one kilometre away from this marble. The empty space between them..is like the Ocean. We are all in one ocean of Atoms all Spinning and never colliding!...

What happen if that distance were not exist?..What happen if all atoms forming my body came together so close as to touch each other?..Then you would not be able to see me any more. All Creation can be existing only in an Atomic Ocean of Power...

source: Harun Yahya's http://www.harunyahya.com/matter.php

Sabtu

Berjalan Dalam Kaca


Sesungguhnya engkau ada dalam dunia banyak kaca. Berdiri pada satu sudut pandang pembiasan. Dan dalam banyak kaca engkau akan melihat banyak sisi dirimu. Banyak citra dalam banyak sudut yang berbeda, tapi hatimu tahu bahwa semuanya hakikatnya adalah dirimu. Sesungguhnya semua wujud adalah penampakan kasihsayangNya. Dalam kebaikan engkau melihat keMahaindahanNya. Dalam keburukan engkau melihat keMahaadilanNya. Pada semuanya ada hikmah dan pelajaran untuk diambil sebagai bekal dalam jalani kehidupan.

Manusia hanya berusaha untuk sedapat mungkin mencerminkan kemuliaan bias cahayaNya. Semurni mungkin. Tanpa terbiaskan oleh nafsu dan angkara, dan tabiat buruk dari diri ini. Karena nafsu dan angkara akan membelokkan bias cahayaNya, dan menjadikan "wujudmu" tidak sempurna, dan kehilangan kemuliaan sifat-sifatNya. Keindahan akan sirna dan tertutupi. Kelembutan akan hilang, tenggelam dalam nafsu dan keinginan-keinginan pribadi. Maka engkau menjelma menjadi apa saja sesuai dengan apa yang membiaskan cahayaNya. Engkau bisa menjadi lilin, menjadi api, menjadi bulan, menjadi matahari. Bias-bias cahayaNya mewujud melaluimu, dan menampakkan pada pandangan manusia semuanya.

Jadilah indah, dengan memurnikan bias cahayaNya saja. Pegang teguh syariat, seleksi lintasan hati. Bersihkan kaca cerminmu. Jangan biarkan debu membias cahayaNya. Jangan biarkan batu menghalangi lintasan bias cahayaNya. Bersihkan jalanmu, bersihkan hatimu, beningkan kaca cerminmu. Dan jadilah cermin yang sempurna memantulkan bayanganNya. Jadilah keindahan untuk manusia di sekitarmu. Jangan kotori cerminmu, jangan biaskan wujud indahmu.

Bersihkan satu-satu debu yang mengotori hati dan jiwamu. Perlahan saja, tapi pasti. Tak apa jika bias-bias tak sempurna masih ada, karena semuanya adalah pelajaran. Jangan berkecil hati karena kesalahan-kesalahan, jangan bersedih karena kesilapan dan kelengahan, jangan putus asa karena banyaknya kekurangan. Karena setiap bias tak sempurna adalah pelajaran yang sangat berharga. Pahami bagaimana engkau menjadi karena bias-biasmu itu, pahami bagaimana wujud yang buruk menjadi, pahami bagaimana ketidaksempurnaanmu menjadi. Bersabarlah dalam membersihkan hati. Aku tahu, bahwa seringkali engkau lemah tak berdaya di hadapan diri dan nafsumu. Maka sandarkan semua upaya pada kekuatanNya saja. Laa hawla wa laa quwwata illa billaah...




Bias samping, bias atas, biasa bawah, bias sudut. Semua adalah wujud dirimu yang ndak sempurna. Kelengkapan bias adalah kesempurnaan. Dalam kelurusan bias, bayangan terwujud lengkap dan sempurna. Engkau akan bisa melihat lengkap wajahmu, sinar matamu, raut ekspresi wajahmu, dan senyummu. Jadilah indah, dengan membersihkan kaca hatimu. Bening...bening...beningkan kaca hatimu, untuk membiaskan sempurna sifat-sifat dan keindahanNya.



Jadilah indah dengan keikhlasanmu. Hanya kepada Allah, hanya dengan Allah, hanya untuk Allah ...


Nafsu mu


"Kalaulah bukan karena adanya nafsu, pasti tak terjadi perjalanan orang-orang menuju kepada Allah. Dengan tiadanya nafsu, maka tak ada jarak antara engkau dan Alloh untuk dilalui, dan tak ada perintang entara engkau dan Allah untuk diatasi."

Perjalanan menuju Gusti Allah yang engkau bayangkan, sebenarnya ada dalam dirimu.
Sesungguhnyalah Gusti Allah lebih dekat kepada kita daripada kedekatan itu sendiri. Dan DIA telah mewajibkan atas diriNya untuk melimpahkan rahmat, cinta, kasih sayang, dan perhatian kepada semua makhluqNya. IA menciptakan nafsu di dalam diri kita hanya supaya ada "jarak" yang tercipta, antara IA dengan kita yang seringkali terpenjara oleh pesona nafsu kita. Nafsu adalah bagai arena untuk seekor kuda, sehingga kita bisa berlatih. Kita tak bisa meningkatkan perhatian, kasih sayang, dan rahmatNya itu, yang terlimpahkan terus-menerus. Latihan membuat kita semakin peka terhadap kehadiran anugerah dan kasih sayangNya.

Boleh jadi IA mentakdirkan kegelapan menyelimutimu, agar IA kemudian membuatmu bisa melihat kasih sayang dan kebesaran anugerahNya kepadamu. Surga dikelilingi api dan duri. Perbuatan maksiat dan kegelapan serta tabir-tabir yang menyertainya, terkadang menjadi jalan sebab kembalinya kita kepada kedekatan dan pelukan kasihsayangNya. Begitu kata sufi agung Ibu Atha'illah As-Sakandary. TeguranNya adalah peringatan dan penyadaran untuk kembali kepadaNya.

Jangan pernah putus harapan akan ampunanNya. Gusti Allah berkuasa atas semua hal, yang biasa-biasa saja maupun yang tak terkira. Gusti Allah menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup, baik secara harfiah maupun kiasan. Rahmat dan karuniaNya melapisi semua situasi. Mereka yang tulus akan selalu memiliki harapan serta berbaik sangka kepadaNya.

"Barang siapa menganggap mustahil kalau Gusti Allah bisa menyelamatkannya dari pengaruh syahwatnya, atau membebaskannya dari jerat kelalaiannya, berarti ia telah menganggap lemah kekuasaan Alloh.'Dan Gusti Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu' "

Al-Hikam Ibn Atha'illah As-Sakandary (w 1309M), Syarah by Syeikh Fadhlalla Haeri

Tiada Kesanggupanku

"Duh, Gusti..tiada kesanggupanku melepaskan diri dari hasrat, nafsu, dan keinginan diriku. Sesungguhnya Engkau tahu, betapa besar keinginanku untuk menggapaiMu, betapa merindu ruh ini memelukMu. Meski setiap kali aku terjerembab pada satu langkahku menujuMu. Duh, Gusti..betapa kuat ia mencengkeramku dan tak mau melepasku!! Duh, Gusti..tiada kesanggupanku melawan tarikan nafsuku...tiada kesanggupanku..."

Nafsu membelenggu dan tak melepasmu hingga engkau tunduk kepada keinginannya. Berjuanglah untuk melawannya dengan bersandar kepada kasihsayang dan kekuatan qudrahNya. Hanya IA yang bisa menolongmu membebaskan diri dari jerat nafsu dan segala bayangan duniawi. Tidak ada kekuatan selain yg dititipkan olehNya pada dirimu. Sesungguhnya Gusti Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Semuanya. Tak ada satupun makhluqNya yang dapat mengelak dari takdirNya, tak ada satu makhluqpun yang dapat melawan kehendakNya.

Kesabaran untuk menghadapi ujian nafsu yang telah IA ciptakan untuk mengujimu. Gunakanlah kesabaran untuk menghadapinya. Kesabaran berarti keteguhan untuk tidak tumbang diterpa badai cobaan. Kesabaran berarti keteguhan untuk menanggung cobaan dengan tidak mengeluh kepada rencana dan keputusanNya. Kesabaran adalah mutiara kehidupan.

Nafsu akan selalu mengganggu membisikimu. Bayangan dan ilusi diciptakannya utk mengelabuimu. Jangan tertipu. Semuanya adalah tak nyata. Semuanya hanyalah permainan nafsu yang membolak-balik perasaanmu. Semuanya tak nyata. Bersandarlah kepada keputusanNya, maka akan kau temui pengalaman yang sejati. Pengalaman yg berjalan dalam skenario Ilahi.

Wajah Hati

Sesungguhnya hati itu diciptakan dalam lapisan demi lapisan. Ash-Shadr adalah beranda hati, yang menerima kunjungan segala persepsi panca indera, bisikan yang menggelisahkan, dan perjamuan rasa marah benci indah d an cinta. Di sinilah tempat bersemayamnya was-was dan sifat-sifat tercela, tempat bisikan keburukan dihembuskan oleh setan, baik dari wujud jin maupun wujud kemanusiaan mereka.

Kemudian di tengah Ash-Shadr terdapat Qalbu, tempat bertarungnya kebaikan dan keburukan..jihad terbesar menggapai kemuliaan. Disinilah jiwa yang rendah (nafs) yang memerosokkan berhadapan dengan ruh yang merindukan. Terkadang kebaikan dikalahkan, seringkali keburukan ditundukkan. Dan demikianlah lathifah rabbaniyah ini (wujud halus yang memiliki sifat ketuhanan) berubah-ubah setiap saat hingga akhir zaman.

Di tengah-tengah Qalbu bersemayam Fu'ad..cahaya hati yang memberi pengetahuan kepada qalbu. Fu'ad adalah mata air, dan Qalbu adalah danaunya. Disinilah tempat ma'rifat, penglihatan batin, dan rahasia-rahasia. Dengannya seseorang bisa melihat hal-hal di balik segala yang wujud dengan penglihatan hati bukan mata lahir. Seluruh relungnya terwarnai oleh kejujuran apa adanya. Lisan dan perilaku bisa berbicara berbeda, tapi Fu'ad tak pernah berdusta. Disinilah esensi keberadaan kita melekat..nur-nya tetap memancar bahkan sesudah kita meninggalkan dunia.

Dan akhirnya Lubb merupakan inti dari Fu'ad. Inilah inti kesadaran, matahari bagi akal. Ibarat cahaya di dalam mata. Disinilah kebaikan bersemayam, tempat kekekalan dan keberkahan, tempat tersembunyi pengetahuan tentang Gusti Allah yang terlindung dari mereka yang terhijab oleh dunia.

Minggu

Beribu Wajah Hati

Kemarilah, berdiri sejenak bersamaku... Beribu wajah kan melintas di hadapanmu. Beribu lintasan jiwa, beribu bersitan hati. Masing-masing dengan keinginan, rencana, dan bayangannya sendiri-sendiri.

Semua ada karena Sang Ada. Setiap gerak, semua lintasan hati ada dalam genggamanNya. Masing-masingnya adalah pelajaran bagi semua. Dan IA memilih siapa-siapa yang dimuliakanNya di antara hamba-hambaNya, dan siapa-siapa yang dihinakanNya. Yang berharta belum tentu mulia. Yang tak berpunya belum tentu terhina dalam pandanganNya. Yang berilmu belum tentu gemerlap, yang dipandang dungu belum tentu senyap di hadapan pengetahuanNya. Keadilan dan kerahmaan rahiimanNya menyeluruh untuk alam semesta. Dan penampakan (tajalli) keindahanNya dan kekuasaanNya senantiasa ada pada setiap wujud dan jiwa.

Beribu wajah, beribu bersitan hati. Hati yang bersih menuntun akal ke arah kebaikan jasad dan jiwa. Hati yang bening membawa manusia kepada kemuliaannya. Hati-hati yang senantiasa bercahaya dengan kelembutanNya, akan menuntun akal membawa diri berjalan di atas jalan yang indah, lapang, dan penuh keberkahan. Hati yang dirajai keburukan akan membawa jiwa ke dalam lembah kesempitan, kekecewaan, kegelisahan, kedukaan. Hati yang hina membawa manusia kepada kerendahan dan kehinaan dirinya.

Jika hatimu senantiasa cenderung kepada kebaikan, maka bersyukurlah karena engkau sedang dijadikanNya pelajaran untuk manusia semua agar meniru dan meneladanimu. Jika hatimu senantiasa bergerak kepada keburukan, maka waspadalah karena mungkin engkau sedang dijadikanNya pelajaran untuk manusia agar menghindari dan tidak mencontohmu.

Sabtu

Ketika Hatimu Berbicara

Hati yang bersih adalah sumber kebaikan. Hati yang senantiasa menatap hanya Gusti Allah semata dan bukan menuju selainNya. Hati yang dipenuhi oleh rasa kehadiranNya dan bukan oleh selainNya. Hati yang senantiasa bersandar dan bergantung hanya kepada Gusti Allah semata dan bukan kepada yang lainNya. Dan hanya dengan demikianlah maka hati bisa membiaskan cahayaNya dengan lurus dan sempurna. Kehendakmu adalah kehendakNya. Perbuatanmu adalah perbuatanNya...

Duhai pengejar dunia dan beragam perhiasannya!. Hatimu hiruk-pikuk dengan keinginan diri, bagaimana mungkin engkau mengaku-aku telah memiliki kebeningan hati? Hatimu penuh dengan kesibukan membesarkan diri, bagaimana mungkin engkau mengaku-aku telah memiliki kemurnian suara hati? Hatimu penuh dengan selainNya, bagaimana mungkin engkau mengaku-aku telah menghadirkan kehendak dan perbuatanNya? Amat jauh dirimu dari kemuliaan yang kau impikan itu!

Cermati kata hatimu!..Selidiki bisikan hatimu!. Apakah ia dari Tuhanmu? Ataukah bisikan hasratmu, tabiatmu, nafsumu, jin, malaikat, dan makhluq2 lain di sekitarmu?

Ketika hati berbicara kepadamu, jangan-jangan keinginan dirimu lah yang berbicara. Ketika ia berbisik kepadamu, bisa jadi hasrat dan tabiat dirimu lah yang membisikimu. Membawamu lelah mengembara jauh dari kota ke kota dalam dunia bayang-bayang dan ilusi yang diciptakan oleh akal dan perasaanmu. Membawa jiwamu semakin jauh ke dalam kota-kota penuh kekecewaan, kegelisahan, kegundahan, dan kesempitan...

Di Akhir Waktu


Suatu ketika Kanjeng Nabi Ibrahim bertanya kepada Izrail, "Ya Malaikat Maut, apa yang kau lakukan ketika ada orang yang telah tiba waktunya di Timur dan lainnya di Barat..?". Malaikat Maut menjawab, "Duhai Pesuruh Gusti Allah, nama orang-orang ini tercatat di dalam Lembaran yang Terjaga, Lauh Mahfuzh. Di dalam mana seluruh nasib manusia ditulis. Aku menatapnya tak putus-putus. Ia memberitahuku saat kapan masa hidup setiap makhluq hidup di bumi sampai ke penghabisannya, manusia atau binatang semuanya.


Di sebelah sisiku ada sebuah pohon, yang dinamai Pohon Hayat (Pohon Kehidupan). Ia diliputi oleh dedaunan kecil yang banyak sekali, lebih kecil dari daun zaitun, dan lebih banyak lagi. Kapan saja seorang manusia lahir di bumi, pohon itu menumbuhkan sehelai daun baru, dan di atas daun itu dituliskan nama orang tersebut. Dengan pohon itu aku mengetahui siapa yang lahir dan siapa yang mati. Ketika seorang menjelang mati, daunnya mulai melayu dan mengering, dan ia jatuh dari pohon ke atas Lauh Mahfuz. Lalu nama orang ini dihapus dari lembarannya..."

"Peristiwa ini terjadi 40 hari sebelum kematian sebenarnya dari orang itu. Kami diberitahu empat puluh hari sebelum hari kematian itu tiba, dan orang itu sendiri mungkin tahu dan mungkin tidak tahu dan menjalani kehidupannya dengan penuh harapan dan rencana-rencana. Namun, hanya empat puluh hari yang tersisa dalam hidupnya, dan setelah itu tidak ada lagi ketentuan baginya di dunia ini..."


"Maka aku memanggil arwah mereka lewat dedaunan yang ditumbuhkan oleh Gusti Allah itu, hingga mereka hadir di sini di hadapanku. IA menuliskan di atas telapak tanganku huruf-huruf cahaya, 'Bismillaahirrahmaanirraahiim..Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang'. Dan IA memerintahkan kapan saja aku harus mencabut nyawa seseorang yang mengenaliNya, untuk menunjukkan huruf-huruf cahaya itu..yang menyebabkan nyawa mereka keluar dari jasad sebagaimana besi tertarik oleh magnet,....atau seperti cahaya kembali kepada sumbernya..."

Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani, mursyid Thariqah Naqshabandy-Haqqani, Amerika Serikat. http://naqshbandi.org/frmteach.htm

Semua Ada Waktunya

"Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan. IA menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang IA pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang IA kehendaki, bukan pada waktu yang engkau ingini."


Seringkali kita menggedor-gedor pintuNya untuk segera memberikan apa yang kita minta. Padahal, sesungguhnya IA pasti menjawab doa para hambaNya yang penuh kerinduan dan permohonan yang keluar dari hati yang ikhlas. Rasa butuh yang IA lahirkan di hati kita, dan lisan permohonan akan pertolonganNya sesungguhnya mewujud dari kehendakNya untuk membawa kita mendekat kembali kepadaNya. Maka, waktu dan cara IA membalas doa pun tergantung padaNya.

Yang perlu dilakukan oleh makhluk adalah berdoa, bergantung, dan percaya kepada cara-cara yang maha sempurna dari Sang Pencipta, Sang Pemelihara alam yang tampak maupun ndak tampak oleh panca indera. Gusti Allah senantiasa mengetahui keadaan kita yang sebenarnya, zahir kita, batin kita. Juga kebutuhan-kebutuhan kita serta perbekalan apa yang paling tepat buat kita dalam perjalanan menujuNya. Termasuk pula waktu yang paling tepat untuk kebaikan kita.

Al-Hikam Ibn Atha'illah As-Sakandary (w 1309M). Syarah by Syeikh Fadhlalla Haeri

Ruhmu Merindu

Tidakkah kau ingat tentang negeri asalmu? Tempat pertama di mana IA menciptakan semua ruh dalam wujud hakiki yang paling baik di alam lahut, ketika namamu adalah ruh qudsi. Kemudian IA memberimu pakaian dari cahaya alam jabarut dan menurunkanmu ke alam yang lebih rendah lagi, dan namamu adalah ruh sulthoni. Dan darinya IA kemudian membungkusmu lagi dengan pakaian cahaya malakut, dan menurunkanmu ke alam yang lebih rendah lagi dan namamu adalah ruh rowani. Dan kemudian IA melapisimu dengan pakaian cahaya al-mulk, dan menurunkanmu sekali lagi dan namamu kini adalah ruh jasmani.

Dan kemudian IA menciptakan jasad sebagai pakaian terluarmu, maka engkau semua memasukinya dengan perintahNya sambil bersaksi kepadaNya.."Ya, Gusti Allah..Engkaulah Tuhanku, Penciptaku, dan Pemeliharaku...". Dan kemudian ruh bergantung kepada jasad, maka dengan IzinNya engkau melupakan janji dan kesaksianmu kepadaNya.

Sesungguhnyalah jauh di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Ia senantiasa ingin kembali ke sana, kembali ke wujud terbaiknya. Siapapun kita. Di balik keterlenaan kita dalam alam jasadi ini, di dalam keterhanyutan kita dalam banyak hasrat, nafsu, dan keinginan diri, di bawah tekanan ambisi dan kebutaan hati, ruh kita terus merintih meminta kembali..

"Duh,Gusti...duh,Gusti...betapa aku sangat merindukanMu...bebaskan aku dari penjara yang membelenggu..lepaskan aku dari jerat yang menahanku! duh,Gusti...aku menangis dalam keterpaksaan ini...hasrat diri membawaku ke tempat-tempat yang kutakmau...menjauhiMu...keinginan diri memaksaku melakukan apa-apa yang kutak setuju...mengoyak kesucianku...merobek kemuliaanku!! duh, Gusti...dengar rintihku..betapa aku merinduMu..."

Di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Dengarkan ia, kasihanilah ia, dan penuhilah keinginannya. Hantarkan ia menaiki setiap jenjang alam kembali ke wujud terbaiknya. Demi Allah, jika engkau bisa mendengar rintihannya, maka hanya Gusti Allah keinginannya. Tidak yang lainnya. Jika engkau bisa mendengar tangisnya, maka hanya Gusti Allah isi kerinduannya. Bukan yang lainnya ...

Lupakan Saja


Kesalahan sebesar apapun janganlah menghalangi dirimu dari berbaik sangka kepadaNya, karena tak ada dosa yang terlalu besar di hadapan keMaha Rahmaan dan RahiimanNya. Jika kita masih mengandalkan amal kita dalam mengharapkan kasihsayangNya, maka kita akan menjadi pesimis dan patah harapan manakala kita berbuat salah sementara amal kita rasanya baru sedikit. Padahal kepadaNya lah kita semestinya bergantung. Karena mengandalkan amal, malah bisa melahirkan rasa kesombongan spiritual. Menyandarkan diri kepada amal dan ketaatan kita yang banyak, malah bisa melahirkan perasaan paling benar dan paling dekat kepadaNya.

Gusti Allah lah yang Maha Berkehendak, dan IA berkehendak memilih siapapun yang IA kehendaki. Kesalahan yang kita alami hanyalah peringatan untuk memperkuat kesadaran kita sebagai hamba yang penuh kelemahan dan kelalaian. Ketersesatan kita adalah pembangkit kesadaran akan kehendak, rahmat, dan kemurahanNya. Kebesaran ampunan Gusti Allah tidak bisa dilampaui oleh seluruh dosa-dosa hambaNya. Ampunan Gusti Allah lebih agung, lebih besar, lebih kinasih pada hamba-hambaNya yang bertobat.

Maka, lupakanlah kesalahan dan ketersesatan di masa lalumu. Menyebut-nyebut suasana musim kemarau di tengah musin hujan, sama halnya dengan musim kemarau itu sendiri. Taubat adalah melupakan dosa-dosa masa lalumu. Bagaimana bisa, hati yang telah dipenuhi oleh asmaNya dan mengingat kasihsayangNya akan mengingat selainNya??...

Selasa

Baru Satu Bagian

Sesungguhnya Gusti Allah menciptakan kasih sayang dalam seratus bagian. Satu bagian darinya IA berikan kepada makhlukNya semuanya, tanpa terkecuali. Dan sembilan puluh sembilan bagian IA simpan bagi diriNya.

Maka dari satu bagian itulah alam semesta beserta isinya memiliki rasa saling mengasihi dan saling menyayangi. Manusia, flora, fauna, dan semua makhluq hidup yang nampak maupun ndak nyata memiliki rasa kasih dan cinta. Dan dengan satu bagian itu, seekor induk binatang pun melangkah dengan hati-hati....mengangkat satu kakinya karena takut menginjak dan menyakiti anak-anaknya.

Maha Suci Gusti Allah Yang dengan keMaha Rahmaan RahiimanNya telah menciptakan apa-apa yang ada di langit, di bumi, dan di antara keduanya dengan kasih sayang yang paling sempurna. Tak luput satu makhlukpun dari penjagaan dan pemeliharaanNya, mulai dari yang terkecil yang tersembunyi di kegelapan kedalaman lautan.. hingga yang paling besar yang memenuhi ruang semesta. Dari yg nampak di mata hingga yang tak terjangkau oleh panca indera. Sejak penciptaan mereka, hingga akhir waktunya...

Kamis

Dalam Lautan Kehendak


Kita senantiasa bergantung kepadaNya, sementara IA ndak membutuhkan siapapun atau apapun jua. Ketetapan, kenyataan hidup, perintah dan laranganNya, kebutuhan dan amalan kita, adalah bagian dari kehendak dan rencanaNya. Gusti Allah adalah pencipta dan pemelihara segala yang kasat mata dan tak kasat mata, dalam ruang dan waktu, dan di luar ruang dan waktu, sebelum sekarang, sekarang, dan yang akan datang.

Kita memohon kepadaNya agar membuat kita ridla dengan keputusanNya dan sabar dengan apa yang kita alami. Penderitaan atau ketersesatan adalah jalan sebab kepada rasa butuh kita, sehingga kita mau bertaubat dan berdoa kepadaNya, menangis dan mendamba kedekatan serta perhatianNya. Sesungguhnyalah amal dan kebutuhan kita bukanlah penyebab kemurahan dan rahmatNya. Mereka ada hanya untuk mengurangi rintangan dan hijab di depan hati kita, sehingga kita menjadi bisa melihat kemurahanNya. Takdir kita...adalah hasil dari bertumpuknya ketetapan, yang saling berhubungan dengan sarana sebab akibat. Sedangkan rahmat, cinta, dan keadilanNya adalah kekal abadi.

Pandanglah kenyataan hidup dengan mata batinmu, bukan dengan mata kepalamu. Maka semuanya akan terbuka bagimu kebenaran kalamNya dan kehendakNya. Tak ada sesuatupun yang sia-sia yang diciptakanNya, karena semuanya memiliki nilai dan hikmah bagi semua yang memahaminya. Tidak menyetujui datangnya musim panasNya, maka panas akan membakar kita. Tidak menyetujui musim dinginNya, maka dingin akan membekukan kita. Mengiyakan dan menerima keduanya akan melenyapkan sakit dan derita yang diakibatkannya.




Begitu juga dengan menyetujui dan mengiyakan dalam menerima bencana, akan menghilangkan kesusahan, penderitaan, kegundahan, kegelisahan, dan kekagetan saat turunnya bala dan petaka. Kesabaranmu adalah mutiara, yang tersembunyi di balik segala peristiwa. Hanya kepadaNya saja sandarkanlah kekuatan, untuk menjalani bentang kehidupan...




Diam..dan Saksikan Keindahan


Sesungguhnya setiap titik pada lintasan hidupmu adalah dalam rencana azaliNya. Setiap lintasan, setiap persimpangan dan persinggungan, adalah dalam kehendak dan rencanaNya yang paripurna. Setiap perjumpaan, kebersamaan, dan perpisahan bukanlah ketidaksengajaan. Takdir kita...adalah hasil dari bertumpuknya ketetapan, yang saling berhubungan dengan sarana sebab akibat. Kita merasa memilih dengan pengetahuan dan akal kita, tapi dalam keMahapengetahuanNya....semua "pilihan" adalah titik semata...

Rencana dan ketetapan-Nya tidak mungkin bisa ditolak oleh siapapun, juga tidak akan bisa dihalang-halangi oleh apapun. Menyerahlah, niscaya engkau akan bisa nyaman beristirahat. Engkau boleh saja menolak adanya malam dan siang, namun malam tetap akan menjelang, meski engkau membencinya, begitu pula siang. Keduanya tetap akan datang bagaimanapun sikapmu. Begitulah takdir akan terus berjalan, suka atau ndak suka.

Jika tiba malam kefakiran, maka terimalah dan ucapkan selamat tinggal kepada siang kekayaan. Jika datang malam kesakitan, maka terimalah dan ucapkan selamat tinggal kepada siang kesehatan. Jika tiba malam yang kau benci, maka terimalah dan ucapkan selamat tinggal pada siang yang kau sukai. Sambutlah malam sakit dan derita, kefakiran, kerendahan dan kehancuran kehormatanmu dengan hati yang lega. Jangan menolak apapun yang telah ditetapkanNya, karena engkau akan binasa, bahkan imanmu akan sirna, hatimu akan kotor ternoda. Jangan memberontak atau meronta, karena nuranimu akan nelangsa.

Memohonlah kepadaNya agar membuat kita ridla dengan keputusanNya dan sabar dengan apa yang kita alami. Penderitaan, kesalahan, dan ketersesatan..adalah jalan sebab kepada rasa butuh kita, sehingga kita mau bertaubat dan berdoa kepadaNya, menangis dan mendamba kedekatan serta perhatianNya. Bersikap tenanglah di hadapan takdirmu.

Diam. Niscaya akan kau saksikan keajaiban-keajaiban terungkap kepadamu. Diam. Maka akan kau saksikan bagaimana Gusti Allah mengubahmu, membolak-balik dirimu... dan mengurai keindahan dari balik semua yg berlaku...

Rabu

Merendahmu

Gusti Allah memberikan cobaan dalam berbagai rupa. Cobaan berupa kesenangan, cobaan berupa kedukaan. Cobaan dalam kesehatan, cobaan dalam kesakitan. Semuanya adalah caraNya untuk mendidik manusia makhluqNya. Cobaan adalah caraNya untuk mendekatkan mereka kepada IA. Karena dalam kesempitan manusia akan kembali merendah, bersujud, dan memohon kepadaNya.

Cobaan sakit dan kepedihan adalah jalan yang akan mengantarkan manusia kepada derajat yang lebih mulia. Kesadarannya akan keMahakuasaanNya, kesadaran bahwa hanya IA pemilik semua kekuatan, penyembuh, dan obat, bahwa hanya IA pemilik semua kehendak dan berkuasa atas semua kenyataan kehidupan...semua kesadaran itu akan mengangkat derajat manusia kepada kemuliaan di sisiNya.

Sesungguhnya, cobaan berupa kesempitan dan penderitaan adalah jauh lebih baik daripada cobaan berupa kelapangan, keberlimpahan, dan kesenangan dunia. Dalam kesempitan kita akan jatuh bersimpuh bersujud merendah kepadaNya. Dalam kesenangan kita sering lupa dan terlena.

Bukan penyakit yang jadi masalah. Bukan kesempitan yang membuat kita menderita. Tapi bagaimana hati ini mensikapi semuanya. Tabah, tawakkal dan berserah diri kepada keMahakuasaanNya. Ikhtiar adalah bentuk pengabdian kita sebagai seorang makhluq, tapi dalam tiap ikhtiar seyogianya kita penuhi dengan kesadaran bahwa semua ini semata adalah kehendakNya. Pasrahkan hati, timbang dan introspeksi diri. Dalam kesempitan, perbanyak bisikan memohon ampun. Dalam kesakitan, perbanyak bisikan taubat. Dalam kelapangan dan keberlimpahan, perbanyak sujud merendahmu di hadapan IA yang telah memberimu banyak karunia tanpa engkau minta.

Saat cobaan, adalah saat di mana gerbang istana sedang dibukaNya untukmu. Menunggumu melangkah menghampirinya, dan memasukinya dengan penuh merendahmu....hati dan jiwamu...