Senin

What is World? (1): In the Ocean of Power

Air, water, mountains, animals, plants, your body, the chair on which you sit, in short, everything you see, touch, and feel, from the heaviest to the lightest is formed of atoms. Each page of the book you hold in your hand comprises billions of atoms. The diameter of an atom is only of the order of one millionth of a millimetre.

Visualize this: if you have an imaginary key in your hand that is as large as the earth, then each atom inside the key is the size of a cherry. Now take a single grain of salt and let us assume that we are able to count one billion (1,000,000,000) atoms per second. Then we would need over five hundred years to count the number of atoms inside this tiny grain of salt !!

What, then is there inside such a small structure?

The nucleus is located right at the centre of the atom. The radius of the nucleus is about ten thousandth of the radius of the atom. The volume of the nucleus is equal to a ten billionth of the volume of the atom.

To see the nucleus, we have to re-scale our imaginary Key and Cherry. The cherry representing our atom must again expand and become a large ball two hundred metres in diameter. Even at this unbelievable scale, the nucleus of our atom would not become any bigger than a very tiny grain of dust.

Yet there is one thing even more surprising than that: although its size is one ten billionth of an atom's size, the nucleus' mass comprises 99.95% of the mass of the atom !! The density comprising the mass of the atom is not distributed evenly throughout the whole atom. Due to the strong nuclear force, which is 100 times stronger than the repulsive force of the protons, the electro-magnetic force becomes ineffective, and thus all the protons's mass can be squeezed tightly together in the nuclei.

Therefore the greater part of an atom consists of space. Empty space. There is nothing else between the nucleus and the electrons that revolve around it. There is only a great space lying between the basic particles. If a small marble of one centimetre in diameter represents the electron closest to the nucleus, the nucleus would be one kilometre away from this marble. The empty space between them..is like the Ocean. We are all in one ocean of Atoms all Spinning and never colliding!...

What happen if that distance were not exist?..What happen if all atoms forming my body came together so close as to touch each other?..Then you would not be able to see me any more. All Creation can be existing only in an Atomic Ocean of Power...

source: Harun Yahya's http://www.harunyahya.com/matter.php

Sabtu

Berjalan Dalam Kaca


Sesungguhnya engkau ada dalam dunia banyak kaca. Berdiri pada satu sudut pandang pembiasan. Dan dalam banyak kaca engkau akan melihat banyak sisi dirimu. Banyak citra dalam banyak sudut yang berbeda, tapi hatimu tahu bahwa semuanya hakikatnya adalah dirimu. Sesungguhnya semua wujud adalah penampakan kasihsayangNya. Dalam kebaikan engkau melihat keMahaindahanNya. Dalam keburukan engkau melihat keMahaadilanNya. Pada semuanya ada hikmah dan pelajaran untuk diambil sebagai bekal dalam jalani kehidupan.

Manusia hanya berusaha untuk sedapat mungkin mencerminkan kemuliaan bias cahayaNya. Semurni mungkin. Tanpa terbiaskan oleh nafsu dan angkara, dan tabiat buruk dari diri ini. Karena nafsu dan angkara akan membelokkan bias cahayaNya, dan menjadikan "wujudmu" tidak sempurna, dan kehilangan kemuliaan sifat-sifatNya. Keindahan akan sirna dan tertutupi. Kelembutan akan hilang, tenggelam dalam nafsu dan keinginan-keinginan pribadi. Maka engkau menjelma menjadi apa saja sesuai dengan apa yang membiaskan cahayaNya. Engkau bisa menjadi lilin, menjadi api, menjadi bulan, menjadi matahari. Bias-bias cahayaNya mewujud melaluimu, dan menampakkan pada pandangan manusia semuanya.

Jadilah indah, dengan memurnikan bias cahayaNya saja. Pegang teguh syariat, seleksi lintasan hati. Bersihkan kaca cerminmu. Jangan biarkan debu membias cahayaNya. Jangan biarkan batu menghalangi lintasan bias cahayaNya. Bersihkan jalanmu, bersihkan hatimu, beningkan kaca cerminmu. Dan jadilah cermin yang sempurna memantulkan bayanganNya. Jadilah keindahan untuk manusia di sekitarmu. Jangan kotori cerminmu, jangan biaskan wujud indahmu.

Bersihkan satu-satu debu yang mengotori hati dan jiwamu. Perlahan saja, tapi pasti. Tak apa jika bias-bias tak sempurna masih ada, karena semuanya adalah pelajaran. Jangan berkecil hati karena kesalahan-kesalahan, jangan bersedih karena kesilapan dan kelengahan, jangan putus asa karena banyaknya kekurangan. Karena setiap bias tak sempurna adalah pelajaran yang sangat berharga. Pahami bagaimana engkau menjadi karena bias-biasmu itu, pahami bagaimana wujud yang buruk menjadi, pahami bagaimana ketidaksempurnaanmu menjadi. Bersabarlah dalam membersihkan hati. Aku tahu, bahwa seringkali engkau lemah tak berdaya di hadapan diri dan nafsumu. Maka sandarkan semua upaya pada kekuatanNya saja. Laa hawla wa laa quwwata illa billaah...




Bias samping, bias atas, biasa bawah, bias sudut. Semua adalah wujud dirimu yang ndak sempurna. Kelengkapan bias adalah kesempurnaan. Dalam kelurusan bias, bayangan terwujud lengkap dan sempurna. Engkau akan bisa melihat lengkap wajahmu, sinar matamu, raut ekspresi wajahmu, dan senyummu. Jadilah indah, dengan membersihkan kaca hatimu. Bening...bening...beningkan kaca hatimu, untuk membiaskan sempurna sifat-sifat dan keindahanNya.



Jadilah indah dengan keikhlasanmu. Hanya kepada Allah, hanya dengan Allah, hanya untuk Allah ...


Nafsu mu


"Kalaulah bukan karena adanya nafsu, pasti tak terjadi perjalanan orang-orang menuju kepada Allah. Dengan tiadanya nafsu, maka tak ada jarak antara engkau dan Alloh untuk dilalui, dan tak ada perintang entara engkau dan Allah untuk diatasi."

Perjalanan menuju Gusti Allah yang engkau bayangkan, sebenarnya ada dalam dirimu.
Sesungguhnyalah Gusti Allah lebih dekat kepada kita daripada kedekatan itu sendiri. Dan DIA telah mewajibkan atas diriNya untuk melimpahkan rahmat, cinta, kasih sayang, dan perhatian kepada semua makhluqNya. IA menciptakan nafsu di dalam diri kita hanya supaya ada "jarak" yang tercipta, antara IA dengan kita yang seringkali terpenjara oleh pesona nafsu kita. Nafsu adalah bagai arena untuk seekor kuda, sehingga kita bisa berlatih. Kita tak bisa meningkatkan perhatian, kasih sayang, dan rahmatNya itu, yang terlimpahkan terus-menerus. Latihan membuat kita semakin peka terhadap kehadiran anugerah dan kasih sayangNya.

Boleh jadi IA mentakdirkan kegelapan menyelimutimu, agar IA kemudian membuatmu bisa melihat kasih sayang dan kebesaran anugerahNya kepadamu. Surga dikelilingi api dan duri. Perbuatan maksiat dan kegelapan serta tabir-tabir yang menyertainya, terkadang menjadi jalan sebab kembalinya kita kepada kedekatan dan pelukan kasihsayangNya. Begitu kata sufi agung Ibu Atha'illah As-Sakandary. TeguranNya adalah peringatan dan penyadaran untuk kembali kepadaNya.

Jangan pernah putus harapan akan ampunanNya. Gusti Allah berkuasa atas semua hal, yang biasa-biasa saja maupun yang tak terkira. Gusti Allah menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup, baik secara harfiah maupun kiasan. Rahmat dan karuniaNya melapisi semua situasi. Mereka yang tulus akan selalu memiliki harapan serta berbaik sangka kepadaNya.

"Barang siapa menganggap mustahil kalau Gusti Allah bisa menyelamatkannya dari pengaruh syahwatnya, atau membebaskannya dari jerat kelalaiannya, berarti ia telah menganggap lemah kekuasaan Alloh.'Dan Gusti Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu' "

Al-Hikam Ibn Atha'illah As-Sakandary (w 1309M), Syarah by Syeikh Fadhlalla Haeri

Tiada Kesanggupanku

"Duh, Gusti..tiada kesanggupanku melepaskan diri dari hasrat, nafsu, dan keinginan diriku. Sesungguhnya Engkau tahu, betapa besar keinginanku untuk menggapaiMu, betapa merindu ruh ini memelukMu. Meski setiap kali aku terjerembab pada satu langkahku menujuMu. Duh, Gusti..betapa kuat ia mencengkeramku dan tak mau melepasku!! Duh, Gusti..tiada kesanggupanku melawan tarikan nafsuku...tiada kesanggupanku..."

Nafsu membelenggu dan tak melepasmu hingga engkau tunduk kepada keinginannya. Berjuanglah untuk melawannya dengan bersandar kepada kasihsayang dan kekuatan qudrahNya. Hanya IA yang bisa menolongmu membebaskan diri dari jerat nafsu dan segala bayangan duniawi. Tidak ada kekuatan selain yg dititipkan olehNya pada dirimu. Sesungguhnya Gusti Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Semuanya. Tak ada satupun makhluqNya yang dapat mengelak dari takdirNya, tak ada satu makhluqpun yang dapat melawan kehendakNya.

Kesabaran untuk menghadapi ujian nafsu yang telah IA ciptakan untuk mengujimu. Gunakanlah kesabaran untuk menghadapinya. Kesabaran berarti keteguhan untuk tidak tumbang diterpa badai cobaan. Kesabaran berarti keteguhan untuk menanggung cobaan dengan tidak mengeluh kepada rencana dan keputusanNya. Kesabaran adalah mutiara kehidupan.

Nafsu akan selalu mengganggu membisikimu. Bayangan dan ilusi diciptakannya utk mengelabuimu. Jangan tertipu. Semuanya adalah tak nyata. Semuanya hanyalah permainan nafsu yang membolak-balik perasaanmu. Semuanya tak nyata. Bersandarlah kepada keputusanNya, maka akan kau temui pengalaman yang sejati. Pengalaman yg berjalan dalam skenario Ilahi.

Wajah Hati

Sesungguhnya hati itu diciptakan dalam lapisan demi lapisan. Ash-Shadr adalah beranda hati, yang menerima kunjungan segala persepsi panca indera, bisikan yang menggelisahkan, dan perjamuan rasa marah benci indah d an cinta. Di sinilah tempat bersemayamnya was-was dan sifat-sifat tercela, tempat bisikan keburukan dihembuskan oleh setan, baik dari wujud jin maupun wujud kemanusiaan mereka.

Kemudian di tengah Ash-Shadr terdapat Qalbu, tempat bertarungnya kebaikan dan keburukan..jihad terbesar menggapai kemuliaan. Disinilah jiwa yang rendah (nafs) yang memerosokkan berhadapan dengan ruh yang merindukan. Terkadang kebaikan dikalahkan, seringkali keburukan ditundukkan. Dan demikianlah lathifah rabbaniyah ini (wujud halus yang memiliki sifat ketuhanan) berubah-ubah setiap saat hingga akhir zaman.

Di tengah-tengah Qalbu bersemayam Fu'ad..cahaya hati yang memberi pengetahuan kepada qalbu. Fu'ad adalah mata air, dan Qalbu adalah danaunya. Disinilah tempat ma'rifat, penglihatan batin, dan rahasia-rahasia. Dengannya seseorang bisa melihat hal-hal di balik segala yang wujud dengan penglihatan hati bukan mata lahir. Seluruh relungnya terwarnai oleh kejujuran apa adanya. Lisan dan perilaku bisa berbicara berbeda, tapi Fu'ad tak pernah berdusta. Disinilah esensi keberadaan kita melekat..nur-nya tetap memancar bahkan sesudah kita meninggalkan dunia.

Dan akhirnya Lubb merupakan inti dari Fu'ad. Inilah inti kesadaran, matahari bagi akal. Ibarat cahaya di dalam mata. Disinilah kebaikan bersemayam, tempat kekekalan dan keberkahan, tempat tersembunyi pengetahuan tentang Gusti Allah yang terlindung dari mereka yang terhijab oleh dunia.

Minggu

Beribu Wajah Hati

Kemarilah, berdiri sejenak bersamaku... Beribu wajah kan melintas di hadapanmu. Beribu lintasan jiwa, beribu bersitan hati. Masing-masing dengan keinginan, rencana, dan bayangannya sendiri-sendiri.

Semua ada karena Sang Ada. Setiap gerak, semua lintasan hati ada dalam genggamanNya. Masing-masingnya adalah pelajaran bagi semua. Dan IA memilih siapa-siapa yang dimuliakanNya di antara hamba-hambaNya, dan siapa-siapa yang dihinakanNya. Yang berharta belum tentu mulia. Yang tak berpunya belum tentu terhina dalam pandanganNya. Yang berilmu belum tentu gemerlap, yang dipandang dungu belum tentu senyap di hadapan pengetahuanNya. Keadilan dan kerahmaan rahiimanNya menyeluruh untuk alam semesta. Dan penampakan (tajalli) keindahanNya dan kekuasaanNya senantiasa ada pada setiap wujud dan jiwa.

Beribu wajah, beribu bersitan hati. Hati yang bersih menuntun akal ke arah kebaikan jasad dan jiwa. Hati yang bening membawa manusia kepada kemuliaannya. Hati-hati yang senantiasa bercahaya dengan kelembutanNya, akan menuntun akal membawa diri berjalan di atas jalan yang indah, lapang, dan penuh keberkahan. Hati yang dirajai keburukan akan membawa jiwa ke dalam lembah kesempitan, kekecewaan, kegelisahan, kedukaan. Hati yang hina membawa manusia kepada kerendahan dan kehinaan dirinya.

Jika hatimu senantiasa cenderung kepada kebaikan, maka bersyukurlah karena engkau sedang dijadikanNya pelajaran untuk manusia semua agar meniru dan meneladanimu. Jika hatimu senantiasa bergerak kepada keburukan, maka waspadalah karena mungkin engkau sedang dijadikanNya pelajaran untuk manusia agar menghindari dan tidak mencontohmu.

Sabtu

Ketika Hatimu Berbicara

Hati yang bersih adalah sumber kebaikan. Hati yang senantiasa menatap hanya Gusti Allah semata dan bukan menuju selainNya. Hati yang dipenuhi oleh rasa kehadiranNya dan bukan oleh selainNya. Hati yang senantiasa bersandar dan bergantung hanya kepada Gusti Allah semata dan bukan kepada yang lainNya. Dan hanya dengan demikianlah maka hati bisa membiaskan cahayaNya dengan lurus dan sempurna. Kehendakmu adalah kehendakNya. Perbuatanmu adalah perbuatanNya...

Duhai pengejar dunia dan beragam perhiasannya!. Hatimu hiruk-pikuk dengan keinginan diri, bagaimana mungkin engkau mengaku-aku telah memiliki kebeningan hati? Hatimu penuh dengan kesibukan membesarkan diri, bagaimana mungkin engkau mengaku-aku telah memiliki kemurnian suara hati? Hatimu penuh dengan selainNya, bagaimana mungkin engkau mengaku-aku telah menghadirkan kehendak dan perbuatanNya? Amat jauh dirimu dari kemuliaan yang kau impikan itu!

Cermati kata hatimu!..Selidiki bisikan hatimu!. Apakah ia dari Tuhanmu? Ataukah bisikan hasratmu, tabiatmu, nafsumu, jin, malaikat, dan makhluq2 lain di sekitarmu?

Ketika hati berbicara kepadamu, jangan-jangan keinginan dirimu lah yang berbicara. Ketika ia berbisik kepadamu, bisa jadi hasrat dan tabiat dirimu lah yang membisikimu. Membawamu lelah mengembara jauh dari kota ke kota dalam dunia bayang-bayang dan ilusi yang diciptakan oleh akal dan perasaanmu. Membawa jiwamu semakin jauh ke dalam kota-kota penuh kekecewaan, kegelisahan, kegundahan, dan kesempitan...

Di Akhir Waktu


Suatu ketika Kanjeng Nabi Ibrahim bertanya kepada Izrail, "Ya Malaikat Maut, apa yang kau lakukan ketika ada orang yang telah tiba waktunya di Timur dan lainnya di Barat..?". Malaikat Maut menjawab, "Duhai Pesuruh Gusti Allah, nama orang-orang ini tercatat di dalam Lembaran yang Terjaga, Lauh Mahfuzh. Di dalam mana seluruh nasib manusia ditulis. Aku menatapnya tak putus-putus. Ia memberitahuku saat kapan masa hidup setiap makhluq hidup di bumi sampai ke penghabisannya, manusia atau binatang semuanya.


Di sebelah sisiku ada sebuah pohon, yang dinamai Pohon Hayat (Pohon Kehidupan). Ia diliputi oleh dedaunan kecil yang banyak sekali, lebih kecil dari daun zaitun, dan lebih banyak lagi. Kapan saja seorang manusia lahir di bumi, pohon itu menumbuhkan sehelai daun baru, dan di atas daun itu dituliskan nama orang tersebut. Dengan pohon itu aku mengetahui siapa yang lahir dan siapa yang mati. Ketika seorang menjelang mati, daunnya mulai melayu dan mengering, dan ia jatuh dari pohon ke atas Lauh Mahfuz. Lalu nama orang ini dihapus dari lembarannya..."

"Peristiwa ini terjadi 40 hari sebelum kematian sebenarnya dari orang itu. Kami diberitahu empat puluh hari sebelum hari kematian itu tiba, dan orang itu sendiri mungkin tahu dan mungkin tidak tahu dan menjalani kehidupannya dengan penuh harapan dan rencana-rencana. Namun, hanya empat puluh hari yang tersisa dalam hidupnya, dan setelah itu tidak ada lagi ketentuan baginya di dunia ini..."


"Maka aku memanggil arwah mereka lewat dedaunan yang ditumbuhkan oleh Gusti Allah itu, hingga mereka hadir di sini di hadapanku. IA menuliskan di atas telapak tanganku huruf-huruf cahaya, 'Bismillaahirrahmaanirraahiim..Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang'. Dan IA memerintahkan kapan saja aku harus mencabut nyawa seseorang yang mengenaliNya, untuk menunjukkan huruf-huruf cahaya itu..yang menyebabkan nyawa mereka keluar dari jasad sebagaimana besi tertarik oleh magnet,....atau seperti cahaya kembali kepada sumbernya..."

Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani, mursyid Thariqah Naqshabandy-Haqqani, Amerika Serikat. http://naqshbandi.org/frmteach.htm

Semua Ada Waktunya

"Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan. IA menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang IA pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang IA kehendaki, bukan pada waktu yang engkau ingini."


Seringkali kita menggedor-gedor pintuNya untuk segera memberikan apa yang kita minta. Padahal, sesungguhnya IA pasti menjawab doa para hambaNya yang penuh kerinduan dan permohonan yang keluar dari hati yang ikhlas. Rasa butuh yang IA lahirkan di hati kita, dan lisan permohonan akan pertolonganNya sesungguhnya mewujud dari kehendakNya untuk membawa kita mendekat kembali kepadaNya. Maka, waktu dan cara IA membalas doa pun tergantung padaNya.

Yang perlu dilakukan oleh makhluk adalah berdoa, bergantung, dan percaya kepada cara-cara yang maha sempurna dari Sang Pencipta, Sang Pemelihara alam yang tampak maupun ndak tampak oleh panca indera. Gusti Allah senantiasa mengetahui keadaan kita yang sebenarnya, zahir kita, batin kita. Juga kebutuhan-kebutuhan kita serta perbekalan apa yang paling tepat buat kita dalam perjalanan menujuNya. Termasuk pula waktu yang paling tepat untuk kebaikan kita.

Al-Hikam Ibn Atha'illah As-Sakandary (w 1309M). Syarah by Syeikh Fadhlalla Haeri

Ruhmu Merindu

Tidakkah kau ingat tentang negeri asalmu? Tempat pertama di mana IA menciptakan semua ruh dalam wujud hakiki yang paling baik di alam lahut, ketika namamu adalah ruh qudsi. Kemudian IA memberimu pakaian dari cahaya alam jabarut dan menurunkanmu ke alam yang lebih rendah lagi, dan namamu adalah ruh sulthoni. Dan darinya IA kemudian membungkusmu lagi dengan pakaian cahaya malakut, dan menurunkanmu ke alam yang lebih rendah lagi dan namamu adalah ruh rowani. Dan kemudian IA melapisimu dengan pakaian cahaya al-mulk, dan menurunkanmu sekali lagi dan namamu kini adalah ruh jasmani.

Dan kemudian IA menciptakan jasad sebagai pakaian terluarmu, maka engkau semua memasukinya dengan perintahNya sambil bersaksi kepadaNya.."Ya, Gusti Allah..Engkaulah Tuhanku, Penciptaku, dan Pemeliharaku...". Dan kemudian ruh bergantung kepada jasad, maka dengan IzinNya engkau melupakan janji dan kesaksianmu kepadaNya.

Sesungguhnyalah jauh di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Ia senantiasa ingin kembali ke sana, kembali ke wujud terbaiknya. Siapapun kita. Di balik keterlenaan kita dalam alam jasadi ini, di dalam keterhanyutan kita dalam banyak hasrat, nafsu, dan keinginan diri, di bawah tekanan ambisi dan kebutaan hati, ruh kita terus merintih meminta kembali..

"Duh,Gusti...duh,Gusti...betapa aku sangat merindukanMu...bebaskan aku dari penjara yang membelenggu..lepaskan aku dari jerat yang menahanku! duh,Gusti...aku menangis dalam keterpaksaan ini...hasrat diri membawaku ke tempat-tempat yang kutakmau...menjauhiMu...keinginan diri memaksaku melakukan apa-apa yang kutak setuju...mengoyak kesucianku...merobek kemuliaanku!! duh, Gusti...dengar rintihku..betapa aku merinduMu..."

Di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Dengarkan ia, kasihanilah ia, dan penuhilah keinginannya. Hantarkan ia menaiki setiap jenjang alam kembali ke wujud terbaiknya. Demi Allah, jika engkau bisa mendengar rintihannya, maka hanya Gusti Allah keinginannya. Tidak yang lainnya. Jika engkau bisa mendengar tangisnya, maka hanya Gusti Allah isi kerinduannya. Bukan yang lainnya ...

Lupakan Saja


Kesalahan sebesar apapun janganlah menghalangi dirimu dari berbaik sangka kepadaNya, karena tak ada dosa yang terlalu besar di hadapan keMaha Rahmaan dan RahiimanNya. Jika kita masih mengandalkan amal kita dalam mengharapkan kasihsayangNya, maka kita akan menjadi pesimis dan patah harapan manakala kita berbuat salah sementara amal kita rasanya baru sedikit. Padahal kepadaNya lah kita semestinya bergantung. Karena mengandalkan amal, malah bisa melahirkan rasa kesombongan spiritual. Menyandarkan diri kepada amal dan ketaatan kita yang banyak, malah bisa melahirkan perasaan paling benar dan paling dekat kepadaNya.

Gusti Allah lah yang Maha Berkehendak, dan IA berkehendak memilih siapapun yang IA kehendaki. Kesalahan yang kita alami hanyalah peringatan untuk memperkuat kesadaran kita sebagai hamba yang penuh kelemahan dan kelalaian. Ketersesatan kita adalah pembangkit kesadaran akan kehendak, rahmat, dan kemurahanNya. Kebesaran ampunan Gusti Allah tidak bisa dilampaui oleh seluruh dosa-dosa hambaNya. Ampunan Gusti Allah lebih agung, lebih besar, lebih kinasih pada hamba-hambaNya yang bertobat.

Maka, lupakanlah kesalahan dan ketersesatan di masa lalumu. Menyebut-nyebut suasana musim kemarau di tengah musin hujan, sama halnya dengan musim kemarau itu sendiri. Taubat adalah melupakan dosa-dosa masa lalumu. Bagaimana bisa, hati yang telah dipenuhi oleh asmaNya dan mengingat kasihsayangNya akan mengingat selainNya??...