Minggu

Orang Biasa

Yang Maha Pelimpah Kasih Sayang,
Jadikanlah aku orang biasa-biasa saja,
dengan sedikit kemampuan untuk berzikir tentangMU di tengah kecintaanku kepada dunia

Jadikanlah aku orang biasa,
dengan hati yang sekedar bisa bergetar saat membisikkan namaMU
untuk sekedar bisa menangis dalam berdoa kepadaMU

Jadikanlah aku orang biasa,
dengan sekedar harapanakan ampunan dan belas kasihMU
saat kunikmati riya' dan berbangga diri

Jadikanlah aku orang biasa, yang kutahu tak mampu menjaga mata, mulut, telinga
dan hatiku,selain memohon MU untuk menjagakannya untukku,
dari segala hal yang menjauhkanku dariMU

Jadikanlah aku orang biasa,
yang Engkau tempatkan aku di shaft paling belakang
dalam barisan orang-orang yang menyenandungkan puji kepadaMU
yang tenggelam dalam kesejukan ramadhan tahun ini,
di ujung terjauh halaman istanaMU...

Ya Allah,Jadikanlah aku orang biasa-biasa saja...

Rantai I'tikaf Sepanjang Pulang

Semoga perjalananmu di malam-malam penuh kemuliaan,
di malam keduapuluhtujuh, malam keduapuluhdelapan, dan malam keduapuluhsembilan,
dan menetapnya (i'tikaf) engkau dalam laju kendaraan, dikaruniai kelapangan dan kemudahan.

Dan seandainya perjalananmu diwarnai oleh antrian kendaraan yang tak kunjung putus,
maka ingatlah bahwa seribu kendaraan di depan dan di belakangmu, sembilan ratus sembilan puluh sembilan darinya mungkin sedang tenggelam dalam zikir: lantunan nasyid raihan penuh tasbih, tahmid, dan takbir; keceriaan shalawat Tasya dan Maissy; keindahan qira'a; lautan hikmah dalam rekaman ceramah aa gym, kelembutan la preghiera (the prayer) andrea bocelli; atau sekedar mensyukuri kebaikan Allah dalam buaian mimpi indah.

Sebuah majlis i'tikaf terpanjang di dunia! yang untaian zikirnya naik ke langit dengan tiada putus dari darat, laut dan udara. Alangkah beruntungnya. Insya Allah....

Dan sebagai balasan rasa ketakjubannya,malaikat jibril radhiallahu anhu mengembangkan sayapnya membentang sepenuh horizon, dan dari setiap helai bulu sayapnya yang berpendar menerangi langit malam, menetes jutaan butir cahaya bagai hujan yang menyirami para pemudik, membasuh mereka dengan kemuliaan seribu bulan dari lailatul qadr yang dijanjikan.Subhanallah....

Selamat lebaran. Selamat kembali kepada keawalanmu: ruh-ruh yang bersaksi kepada eksistensi rububiyah: Ketuhanan Yang Maha Mengawali Segala Penciptaan, Yang Maha Penuh Kasih Sayang, Yang Maha Memelihara Segala Ciptaan, Yang Maha Mengetahui Kebaikan Dari Segala Rahasia Kehidupan.....

Taqabbalallahu minna wa minkum,Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Rabu

ruhmu merindu

Tidakkah kau ingat tentang negeri asalmu? Tempat pertama di mana IA menciptakan semua ruh dalam wujud hakiki yang paling baik di alam lahut, ketika namamu adalah ruh qudsi. Kemudian IA memberimu pakaian dari cahaya alam jabarut dan menurunkanmu ke alam yang lebih rendah lagi, dan namamu adalah ruh sulthoni. Dan darinya IA kemudian membungkusmu lagi dengan pakaian cahaya malakut, dan menurunkanmu ke alam yang lebih rendah lagi dan namamu adalah ruh rowani. Dan kemudian IA melapisimu dengan pakaian cahaya al-mulk, dan menurunkanmu sekali lagi dan namamu kini adalah ruh jasmani. Dan kemudian IA menciptakan jasad sebagai pakaian terluarmu, maka engkau semua memasukinya dengan perintahNya sambil bersaksi kepadaNya..

"Ya, Gusti Allah..Engkaulah Tuhanku, Penciptaku, dan Pemeliharaku...". Dan kemudian ruh bergantung kepada jasad, maka dengan IzinNya engkau melupakan janji dan kesaksianmu kepadaNya.

Subhanallah. Sesungguhnyalah jauh di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Ia senantiasa ingin kembali ke sana, kembali ke wujud terbaiknya. Siapapun kita. Di balik keterlenaan kita dalam alam jasadi ini, di dalam keterhanyutan kita dalam banyak hasrat, nafsu, dan keinginan diri, di bawah tekanan ambisi dan kebutaan hati, ruh kita terus merintih meminta kembali..

"duh,Gusti...duh,Gusti...betapa aku sangat merindukanMu...bebaskan aku dari penjara yang membelenggu..lepaskan aku dari jerat yang menahanku! duh,Gusti...aku menangis dalam keterpaksaan ini...hasrat diri membawaku ke tempat-tempat yang kutakmau... menjauhiMu...keinginan diri memaksaku melakukan apa-apa yang kutak setuju...mengoyak kesucianku...merobek kemuliaanku!! duh, Gusti...dengar rintihku..betapa aku merinduMu..."

Subhanallah. Di balik siapapun kita, ruh kita terus merindukan negeri asalnya. Dengarkan ia, kasihanilah ia, dan penuhilah keinginannya. Hantarkan ia menaiki setiap jenjang alam kembali ke wujud terbaiknya. Demi Allah, jika engkau bisa mendengar rintihannya, maka hanya Gusti Allah keinginannya. Tidak yang lainnya. Jika engkau bisa mendengar tangisnya, maka hanya Gusti Allah isi kerinduannya. Bukan yang lainnya.

Subhanallah..

kembaliku

Subhanallah. Dan tibalah akhir waktuku, maka semua yang kukejar selama ini dan kumiliki selama ini menjauh dariku.Harta benda yang siang dan malam kukumpulkan, anak dan isteri yang bertahun kubanggakan dan memanjakan hidupku, dan kebesaran yang kutinggikan dari jabatan dan kekuasaan yang selama ini kuagungkan dan kuperjuangkan. Dan segala kenikmatan dunia dan semua gemerlap perhiasan dunia, yang selama ini kuteguk dalam kesenangan. Semuanya berhenti menemaniku, dan satu persatu menjauh dariku.

Duh Gusti, semua selainMu yang kusandarkan diriku kepadanya untuk memperoleh apa yg kuinginkan di dunia ini tak ada yang bersedia menemaniku dan mereka berpaling dariku. Di manakah mereka ketika aku membutuhkan teman dalam akhir perjalananku yang sepi ini? Bahkan keluargaku hanya dapat menemaniku hingga batas butiran tanah terakhir dan helai daun bunga yang mereka tebarkan di atas diriku...

"Duh,Gusti..hanya ampunanMu yang kuharapkan,
duhai Yang Maha Agung yang Tiada Tuhan melainkan Engkau.
Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri
dan tak membutuhkan siapapun untuk keberadaanMu.

Inilah diriku. Sendiri...
yang bertaubat kepada keMaha Rahmaan RahiimanMu,
yang bertaubat sebagaimana taubatnya hamba yang berlaku zhalim dan berselimut dosa.
yang bertaubat kepadaMu sebagaimana taubatnya hamba yang tiada memiliki daya dan kekuatan untuk berbuat kebaikan ataupun keburukan.
yang bertaubat kepadaMu sebagaimana taubatnya hamba yang tiada berdaya untuk memiliki hidup ataupun mati ataupun saat kebangkitan nanti.

Ya Allah, aku mohon ampunanMu duhai Dzat Yang Maha Agung.
Maha Suci Engkau dengan segala KebesaranMu dan sepenuh puji-puji hanyalah untukMu..."


(untaian doa setelah dua raka'at sholat taubatku)

a Gift of Honor

Empatratustigapuluhdelapanributahun sebelum penciptaan semesta, ditegakkanNYA Syajaratul Kaun -Pohon Kepastian- yang darinya empat dahan menjulang. Ruh Kanjeng Nabi Muhammad saw yang tlah diciptaNya, IA letakkan di salah satu dahannya. Maka ruh itu bersyukur atas perwujudannya dan melantunkan pujian selama empatpuluhribu masa,

"Allahu Zul-Jalali wal-Ikram..."
Duhai Gusti, Engkaulah pemilik segala keluruhan dan kemurahan....

Empatpuluhributahun berlalu dan selama itu pula ruh memujiNya. Kemudian IA mencipta cermin dan diletakkanNya di hadapan Ruh Kanjeng Nabi kekasihNya, sehingga kini ia bisa melihat wujudnya. Dalam keterpanaan sang ruh memandang citra keindahan dan kesempurnaan dirinya, lima kali ia berucap syukur menerima anugerahNya,..

"Shukran lillaahi ta'ala"... terima kasih duh Gusti, Yang Maha Tinggi.....

dan pada setiap kali ucapan syukur ia tersungkur bersujud, sepenuh pengagungan dan penghambaan sembari bertabish mensucikan asmaNya,

"Subhanal-aliyyul-azhim, wa la yajhalu"... Maha Suci Engkau, Yang Maha Sepenuh Kuasa lagi Maha Tinggi, Yang tak ada sesuatupun luput dariMU..

"Subhanal-halim alladzi la yu'ajjalu"... Maha Suci Engkau, Yang Maha Penuh Keadilan lagi Maha Penuh Kesabaran...

"Subhanal-jawad alladhi la yabkhalu"... Maha Suci Engkau, Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi...

Subhanallah, demikianlah lima waktu bersujud dalam seharisemalam merupakan anugerah tanda penghormatan dari Gusti Allah SWT kepada umat Kanjeng Nabi saw.



***
disarikan dan dibahasakan kembali dari wejangan Syeikh Maulana Hisyam Kabbani dan Syeikh Nazim Ad'l alHaqqani
http://naqshbandi.org/frmteach.htm

Marhabban

Dan arsy-pun bergetar, maka semesta alam malakut bergetar bersamanya. Dengan kehendakNya diturunkanlah nur muhammadiyah yang sekian lama telah IA cipta, bahkan sebelum penciptaan segala makhluqNya. Sebelum semesta, sebelum nabi Adam, sebelum penciptaan neraka dan surgaNya. Kanjeng nabi kekasihNya yang adalah pantulan pertama dari Cahaya MahaindahNya, perwujudan (tajalli) pertama dari keMahalembutanNya, keMaha Rahmaan Rahiiman IA.

Dan arsy-pun bergetar dalam lautan tasbih mensucikan asmaNya, ketika tangan ribuan malaikat suciNya bergantian menyangga nur yang benderang tak menyilaukan itu. Mereka membawanya dengan sentuhan penuh kelembutan...menuruni satu demi satu lapisan langit hingga ke langit dunia. Dan semesta tenggelam dalam lautan tasbih mensucikan asmaNya...Subhanalloh.. dalam samudera tahmid penuh syukur kepadaNya...Alhamdullillah...dalam lautan tahlil mengesakanNya..Laa ilaha illa Allah....dalam samudera takbir membesarkan asmanya....Allahu Akbar!!.... Maka bergemuruh tiap lapisan semesta sepanjang perjalanan nur penuh kemuliaan....hingga nur itu diletakkanNya dalam rahim sang Ibunda.

Dan ketika waktunya telah menjelang tiba, maka ribuan bidadari bercahaya bersama dengan dua wanita mulia menemani ibunda kanjeng Nabi, menenangkan, dan menghiburnya. Siti Asiyah, yang telah dimuliakanNya dalam pengorbanan jiwa di hadapan sang suami Firaun sang raja. Siti Maryam, yang telah dimuliakanNya dalam kesucian sejak lahir dan sepanjang hayatnya. Keduanya dan ribuan bidadariNya bak selimut cahaya berdiri mengelilingi sang Ibunda. Menanti detik-detik yang mulia. Dan ketika dengan izin Gusti Allah, ruh membangkitkan jiwa, maka mewujudlah Kanjeng Nabi Muhammad... maka seluruh mereka bershalawat kepadanya..

Ya nabi salam 'alayka, ya rasul salam 'alayka, ya habib salam 'alayka, sholawatullahi 'alayka... Marhabban, ya nurul 'aini..

Duhai,Nabi..salam sejahtera bagimu. Duhai,rasul..salam sejahtera untukmu.
Duhai, kekasih..salam sejahtera untukmu. Shalawat Allah bagi dirimu....
Selamat datang, duhai cahaya awal dari segalanya
...

Mukadimmah Semesta

"Apa yang harus aku tuliskan, duh Gusti?",

tanya Qalam sang Pena saat telah menjadi wujudnya. Dan di ujung pena telah dihamparkan titik-titik dalam Lauhul Mahfuz, Kitab Kehidupan, dan jarak di antara dua titiknya adalah sejauh dua tahun pengembaraan.

"Tuliskan semua kisah kehidupan, semua perjumpaan dan perpisahan. Semua kelahiran dan kematian. Semua lintasan dan persinggungan peran. Setiap helai daun kapan ia berguguran. Setiap degub hati dan ramainya bersitan. Tuliskan semua yang akan terjadi, untuk setiap waktu hingga tiba Hari Pengadilan nanti !", Titah Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta.

"Duh Gusti, dengan apa hamba harus mengawali tulisan kehidupan ini?.", tanya sang Pena kembali.
"Dengan ini, wahai Pena: Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahiim."... Dengan asma Allah, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang...

Maka dengan penuh pengabdian dan penghormatan, sang Pena menggoreskan dirinya pada lembaran pertama Kitab Kehidupan. Menuliskan untaian kata pertama sebagai pembuka semua lintasan nasib, takdir, dan sejarah kehidupan. Bismillaah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim..... terselesaikan dalam tujuh ratus tahun waktu penulisan. Subhanallah.

Dan bertitahlah Gusti Allah SWT kepada Pena,
"Wahai Pena, betapa engkau membutuhkan tujuh ratus tahun untuk menuliskan tiga nama dari nama-nama KemuliaanKU; nama keMahaagunganKU, nama keMahapengampunanKU, dan nama keMahawelasasihanKU. Ketahuilah bahwa tiga nama ini Kuhadiahkan kepada umat manusia yang mencintai kekasihKU Muhammad saw. Dengan keMahakuasaanKU, aku bersumpah bahwa kapanpun seorang hambaKU dari pengikut Muhammad saw melisankan Bismillahirrahmaanirrahiim dengan penuh ketulusan dan ketakziman,...maka AKU akan menghadiahinya tujuh ratus tahun anugerah yang tak terhingga..dan KUhapuskan baginya tujuh ratus silap-kesalahannya"

Subhanallah..

Bapak Para Ruh


"Wahai malaikat utama, berapa lamakah waktu berlalu sejak ruhku diciptaNYA hingga mewujudku?",

tanya Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada Jibril. Dengan penuh penghormatan Jibril menjawab, "Betapa aku tak mengetahui dengan pasti jumlah tahunnya. Yang kutahu, bahwa setiap tujuhpuluhribu tahun akhirah seberkas cahaya dahsyat memancar dari balik puncak Tahta KeagunganNYA. Cahayanya begitu gemerlap, indah tapi tak menyilaukan penglihatan. Dan sejak aku dicipta, pancaran cahaya itu telah duabelas ribu kali terjadi."

"Tahukah engkau apakah cahaya itu?", tanya Kanjeng Nabi saw.
"Aku tak mengetahui, apakah itu?", tanya Jibril.
"Sesungguhnya cahaya itu adalah cahaya ruhku yang telah diciptaNYA terdahulu.."

IA mencipta ruh Kanjeng Nabi saw kemudian meletakkannya di dalam sebuah lampu emerald hijau, yang digantungkannya pada Syajaratul Kaun Pohon Kepastian. Kemudian dengan perintahNYA, maka ruh Kanjeng Nabi saw melantunkan Asmaul Husna nama-nama indahNYA sebagai tanda pengagungan tertinggi untukNYA. Seribu tahun akhirah untuk setiap asmaNYA.

Ketika tiba pada asma Ar-Rahmaan (Yang Maha Pengasih), maka darinya tercipta ruh para Nabi as. Ketika tiba pada asma Al-Qahhar (Yang Maha Perkasa), maka darinya tercipta ruh para Malaikat Suci. Kemudian darinya pula Gusti Allah SWT mencipta semesta ruh, ruh para manusia yang mengimani maupun ruh para manusia yang mengingkari. Demikianlah mengapa Kanjeng Nabi saw juga dinamai "Abu Arwah", Bapak para arwah/ruh.

Maka semesta ruh berkumpul mengelilingi ruh Kanjeng Nabi saw, mengitarinya dan menyampaikan penghormatan kepadanya selama seribu tahun akhirah. Kemudian dengan perintahNYA, mereka berbaris berlapis empat: ruh para nabi dan rasul pada baris pertama, ruh para Awliya pada baris kedua, ruh mereka yang mengimaninya pada baris ketiga, dan ruh mereka yang mengingkarinya pada baris keempat. Demikianlah semesta ruh seluruhnya tetap tinggal di alam ruh di sisi Gusti Allah SWT hingga gilirannya tiba..untuk mewujud ke dunia. Subhanallah...

Allahumma Shalli 'ala sayyidina Muhammad...Allahumma shalli 'alayhi wa sallim...

Cahaya Awal Semesta


"Apakah yang pertama kali IA cipta sebelum diciptaNya segala yang ada?..",

tanya seorang Sahabat ra kpd Kanjeng Nabi Muhammad saw. "Cahayaku, duhai Sahabat. Nur Muhammadiyah yang diciptaNya dari Maha CahayaNya. Bahkan sebelum diciptaNya Pena (Qalam) penggurat takdir, sebelum diciptaNya Kitab Kehidupan (Lauh al-Mahfuz), sebelum surga dan neraka, sebelum para malaikat, sebelum langit dan bumi, sebelum bulan dan matahri, sebelum jin dan manusia. Hanya Cahayaku." Maka dengannya kemudian tertampakkan semesta...

Dari Cahaya itu kemudian Gusti Allah memecahnya menjadi empat bagian. Dari bagian pertama IA mencipta dan menampakkan Pena. Kitab Kehidupan Lauh al-Mahfuz IA cipta dari bagian kedua. Dari bagian ketiga IA mencipta Arsy, singgasana. Kemudian IA memecah lagi bagian keempat menjadi empat bagian.

Dari bagian pertamanya, IA cipta para malaikat penyangga Arsy singgasana. Al-Kursy, balairung Kerajaan, IA cipta dari bagian kedua. Dari bagian ketiga, IA cipta para malaikat penghuni alam tinggi. Kemudian IA memecah bagian keempat menjadi empat bagian lagi.

Dari bagian pertama cahaya, maka Langit diciptaNya. Sementara Bumi dari bagian kedua. Jin dan api dari bagian ketiga. Dan sekali lagi IA memecah bagian keempat menjadi empat bagian lagi.

Dari bagian pertamanya, IA mencipta cahaya yang menjadi tanda dari manusia yang mengakui IA dan keMahaKuasaan-Nya. Dari bagian kedua, IA mencipta cahaya yang ditanamkanNya di dalam hati setiap manusia..yang senantiasa mengilhamkan pengetahuan ilahiah untuk Kebaikan dan Kesucian mereka. Dari bagian ketiga, IA mencipta cahaya yang IA basuhkan pada setiap lidah untuk melisankan kalimat meng-Esa-kanNya (Tauhid). Dan dari bagian keempat akhirnya, IA cipta beragam cahaya, yang dengannya ruh Kanjeng Nabi saw berhias cahaya cahaya. Subhanallah ...

Ya nabi salam 'alayka, ya rasul salam 'alayka, ya habib salam 'alayka, sholawatullahi 'alayka...Marhabban, ya nurul 'aini..

Duhai,Nabi..salam sejahtera bagimu. Duhai,rasul..salam sejahtera untukmu.
Duhai, kekasih..salam sejahtera untukmu. Shalawat Allah bagi dirimu....Selamat datang, duhai cahaya awal dari segalanya...

bagaimana aku mencintaimu?

Bagaimana aku mencintaimu, duhai Kanjeng Nabi saw? dan memperoleh keberkahan dan keridlaanNya atas cintaku kepadamu itu? Sementara tak kuasa aku memperbanyak puasa mengikuti tuntunanmu, tak pula berdaya aku untuk banyak menyendiri dengan sholat malamku.

"Siapa yang bersholawat atasku sekali, Gusti Allah akan bersholawat padanya sepuluh kali"
(Hadits, Riwayat Muslim dan Abu Dawud)

Seandainya sepanjang hidup engkau melakukan seluruh amal ketaatan, lalu Gusti Allah memberikan satu sholawat saja atasmu, maka satu sholawat itu adalah melebihi nilai semua amal ketaatan yang engkau lakukan sepanjang hidupmu. Sebab, engkau bersholawat sesuai dengan kapasitas kemanusiaanmu. Sementara Gusti Allah bersholawat untukmu sesuai dengan Rububiyah (keMahaMuliaan sifat Ketuhanan)-Nya. Dan itu baru satu sholawat!

Lalu, bagaimana jika Gusti Allah bersholawat untukmu sebanyak sepuluh kali atas setiap satu sholawat yang engkau hadiahkan kepada Kanjeng Nabi saw?

"Allahumma Shalli 'ala sayyidina Muhammad..Allahumma shalli 'alayhi wa sallim..."


Sumber: Ibn 'Atha'illaah as-Sakandary, "Bahjat al_nufuus", "Tutur Penerang Hati", Serambi.

The Seekers

The seekers that's all what we are
to unveil the unseen of The Most Seen
to find the hidden of The Most Existent
to quest the wondrous of The Most Obvious