Selasa

Baru Satu Bagian

Sesungguhnya Gusti Allah menciptakan kasih sayang dalam seratus bagian. Satu bagian darinya IA berikan kepada makhlukNya semuanya, tanpa terkecuali. Dan sembilan puluh sembilan bagian IA simpan bagi diriNya.

Maka dari satu bagian itulah alam semesta beserta isinya memiliki rasa saling mengasihi dan saling menyayangi. Manusia, flora, fauna, dan semua makhluq hidup yang nampak maupun ndak nyata memiliki rasa kasih dan cinta. Dan dengan satu bagian itu, seekor induk binatang pun melangkah dengan hati-hati....mengangkat satu kakinya karena takut menginjak dan menyakiti anak-anaknya.

Maha Suci Gusti Allah Yang dengan keMaha Rahmaan RahiimanNya telah menciptakan apa-apa yang ada di langit, di bumi, dan di antara keduanya dengan kasih sayang yang paling sempurna. Tak luput satu makhlukpun dari penjagaan dan pemeliharaanNya, mulai dari yang terkecil yang tersembunyi di kegelapan kedalaman lautan.. hingga yang paling besar yang memenuhi ruang semesta. Dari yg nampak di mata hingga yang tak terjangkau oleh panca indera. Sejak penciptaan mereka, hingga akhir waktunya...

Kamis

Dalam Lautan Kehendak


Kita senantiasa bergantung kepadaNya, sementara IA ndak membutuhkan siapapun atau apapun jua. Ketetapan, kenyataan hidup, perintah dan laranganNya, kebutuhan dan amalan kita, adalah bagian dari kehendak dan rencanaNya. Gusti Allah adalah pencipta dan pemelihara segala yang kasat mata dan tak kasat mata, dalam ruang dan waktu, dan di luar ruang dan waktu, sebelum sekarang, sekarang, dan yang akan datang.

Kita memohon kepadaNya agar membuat kita ridla dengan keputusanNya dan sabar dengan apa yang kita alami. Penderitaan atau ketersesatan adalah jalan sebab kepada rasa butuh kita, sehingga kita mau bertaubat dan berdoa kepadaNya, menangis dan mendamba kedekatan serta perhatianNya. Sesungguhnyalah amal dan kebutuhan kita bukanlah penyebab kemurahan dan rahmatNya. Mereka ada hanya untuk mengurangi rintangan dan hijab di depan hati kita, sehingga kita menjadi bisa melihat kemurahanNya. Takdir kita...adalah hasil dari bertumpuknya ketetapan, yang saling berhubungan dengan sarana sebab akibat. Sedangkan rahmat, cinta, dan keadilanNya adalah kekal abadi.

Pandanglah kenyataan hidup dengan mata batinmu, bukan dengan mata kepalamu. Maka semuanya akan terbuka bagimu kebenaran kalamNya dan kehendakNya. Tak ada sesuatupun yang sia-sia yang diciptakanNya, karena semuanya memiliki nilai dan hikmah bagi semua yang memahaminya. Tidak menyetujui datangnya musim panasNya, maka panas akan membakar kita. Tidak menyetujui musim dinginNya, maka dingin akan membekukan kita. Mengiyakan dan menerima keduanya akan melenyapkan sakit dan derita yang diakibatkannya.




Begitu juga dengan menyetujui dan mengiyakan dalam menerima bencana, akan menghilangkan kesusahan, penderitaan, kegundahan, kegelisahan, dan kekagetan saat turunnya bala dan petaka. Kesabaranmu adalah mutiara, yang tersembunyi di balik segala peristiwa. Hanya kepadaNya saja sandarkanlah kekuatan, untuk menjalani bentang kehidupan...




Diam..dan Saksikan Keindahan


Sesungguhnya setiap titik pada lintasan hidupmu adalah dalam rencana azaliNya. Setiap lintasan, setiap persimpangan dan persinggungan, adalah dalam kehendak dan rencanaNya yang paripurna. Setiap perjumpaan, kebersamaan, dan perpisahan bukanlah ketidaksengajaan. Takdir kita...adalah hasil dari bertumpuknya ketetapan, yang saling berhubungan dengan sarana sebab akibat. Kita merasa memilih dengan pengetahuan dan akal kita, tapi dalam keMahapengetahuanNya....semua "pilihan" adalah titik semata...

Rencana dan ketetapan-Nya tidak mungkin bisa ditolak oleh siapapun, juga tidak akan bisa dihalang-halangi oleh apapun. Menyerahlah, niscaya engkau akan bisa nyaman beristirahat. Engkau boleh saja menolak adanya malam dan siang, namun malam tetap akan menjelang, meski engkau membencinya, begitu pula siang. Keduanya tetap akan datang bagaimanapun sikapmu. Begitulah takdir akan terus berjalan, suka atau ndak suka.

Jika tiba malam kefakiran, maka terimalah dan ucapkan selamat tinggal kepada siang kekayaan. Jika datang malam kesakitan, maka terimalah dan ucapkan selamat tinggal kepada siang kesehatan. Jika tiba malam yang kau benci, maka terimalah dan ucapkan selamat tinggal pada siang yang kau sukai. Sambutlah malam sakit dan derita, kefakiran, kerendahan dan kehancuran kehormatanmu dengan hati yang lega. Jangan menolak apapun yang telah ditetapkanNya, karena engkau akan binasa, bahkan imanmu akan sirna, hatimu akan kotor ternoda. Jangan memberontak atau meronta, karena nuranimu akan nelangsa.

Memohonlah kepadaNya agar membuat kita ridla dengan keputusanNya dan sabar dengan apa yang kita alami. Penderitaan, kesalahan, dan ketersesatan..adalah jalan sebab kepada rasa butuh kita, sehingga kita mau bertaubat dan berdoa kepadaNya, menangis dan mendamba kedekatan serta perhatianNya. Bersikap tenanglah di hadapan takdirmu.

Diam. Niscaya akan kau saksikan keajaiban-keajaiban terungkap kepadamu. Diam. Maka akan kau saksikan bagaimana Gusti Allah mengubahmu, membolak-balik dirimu... dan mengurai keindahan dari balik semua yg berlaku...

Rabu

Merendahmu

Gusti Allah memberikan cobaan dalam berbagai rupa. Cobaan berupa kesenangan, cobaan berupa kedukaan. Cobaan dalam kesehatan, cobaan dalam kesakitan. Semuanya adalah caraNya untuk mendidik manusia makhluqNya. Cobaan adalah caraNya untuk mendekatkan mereka kepada IA. Karena dalam kesempitan manusia akan kembali merendah, bersujud, dan memohon kepadaNya.

Cobaan sakit dan kepedihan adalah jalan yang akan mengantarkan manusia kepada derajat yang lebih mulia. Kesadarannya akan keMahakuasaanNya, kesadaran bahwa hanya IA pemilik semua kekuatan, penyembuh, dan obat, bahwa hanya IA pemilik semua kehendak dan berkuasa atas semua kenyataan kehidupan...semua kesadaran itu akan mengangkat derajat manusia kepada kemuliaan di sisiNya.

Sesungguhnya, cobaan berupa kesempitan dan penderitaan adalah jauh lebih baik daripada cobaan berupa kelapangan, keberlimpahan, dan kesenangan dunia. Dalam kesempitan kita akan jatuh bersimpuh bersujud merendah kepadaNya. Dalam kesenangan kita sering lupa dan terlena.

Bukan penyakit yang jadi masalah. Bukan kesempitan yang membuat kita menderita. Tapi bagaimana hati ini mensikapi semuanya. Tabah, tawakkal dan berserah diri kepada keMahakuasaanNya. Ikhtiar adalah bentuk pengabdian kita sebagai seorang makhluq, tapi dalam tiap ikhtiar seyogianya kita penuhi dengan kesadaran bahwa semua ini semata adalah kehendakNya. Pasrahkan hati, timbang dan introspeksi diri. Dalam kesempitan, perbanyak bisikan memohon ampun. Dalam kesakitan, perbanyak bisikan taubat. Dalam kelapangan dan keberlimpahan, perbanyak sujud merendahmu di hadapan IA yang telah memberimu banyak karunia tanpa engkau minta.

Saat cobaan, adalah saat di mana gerbang istana sedang dibukaNya untukmu. Menunggumu melangkah menghampirinya, dan memasukinya dengan penuh merendahmu....hati dan jiwamu...

Dunia Yang Sama

Dunia bergerak dalam irama yang sama sejak dulu kala. Ada kelahiran ada kematian. Ada kemegahan ada keterpurukan. Ada kegembiraan ada kesedihan. Ada kekayaan ada kemiskinan. Ada kelapangan ada kesempitan.

Siapa yang memasukkan dunia ke dalam hatinya, maka ia akan terus gelisah terombang-ambing oleh naik-turunnya. Siapa yang mengejar hanya-bahagia dan berlarian menghindari duka, maka ia akan terus kecewa. Karena bahagia abadi memang tidak dicipta untuk dunia ini. Suka duka suka duka..., demikian seterusnya. Siapa yang mengejar dunia, maka sesungguhnya dunia ini hanyalah sementara. Siapa yang mengejar kemegahan dunia dan kebagusan rupa, ia akan merasakan manisnya hanya dalam sekejap umurnya.


DIA yang telah menciptakan alam semesta ini, mulai dari makhluq yang terkecil di kedalaman lautan hingga yang memenuhi alam raya. IA Maha berkuasa untuk memelihara semuanya sebaik-baiknya, dan ilmuNya meliputi apa-apa yang tampak maupun yang tidak nyata. Gusti Alloh lah yang Maha kaya, Yang menjamin rizki semua makhluqNya…dari dahulu hingga akhir masa...bahkan menghidupi semut2 yang engkau temui di kamar mandimu. Apa yang mereka makan dari sana? Mereka terus berkembang biak dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, dan sepanjang masa hidupnya.


Selasa

Kebaikan Yang Tak Terbaca

Tiada yang musti disesali, tiada yang musti di-grundeli. Karena semua kenyataan hidup adalah selalu dalam skenarioNya untuk kebaikan paripurna. “Kebaikan” dan “keburukan” menurut kita..hanyalah rekaan akal dan logika semata, yang terlahir dari sebatas pengetahuan kita tentang dunia bahkan tentang apa yang diperlukan oleh diri kita.

Sesungguhnyalah di balik “kehebatan” jangkauan perhitungan kita masih terbentang lautan pengetahuan yang tiada terbatas, yang tiada mungkin kita jelajahi karena ia begitu meluas bahkan melintasi semua ruang dan semua masa. Dari waktu azali hingga masa akhir nanti.

Kebaikan menurutNya adalah kebaikan paripurna, yang meliputi semua. Oleh karena itulah Gusti Allah mengingatkan kita untuk memasrahkan diri dan bersandar kepadaNya dalam keadaan-keadaan yang sulit. Akal dan pengetahuan kita, yang telah diberikanNya, bukan untuk mengalahkan takdirNya. Karena itu tak akan pernah bisa. Hanya ikhtiar sebatas kekuatan kita, tanpa memaksa-maksakan kemauan ego kita terhadap KehendakNya.

Ego kita selalu minta bergerak paling maju, berlari paling depan, berdiri paling tinggi. Padahal berlari di belakang, berjalan di tepian, atau bahkan berhenti…seringkali sesungguhnya lebih baik bagi kesehatan jiwa dan keselamatan perjalanan hati kita. Setiap saat dunia berubah, dan akal kita tak mungkin mengikuti semua perubahan arah. Hanya dengan memasrahkan diri kepada Gusti Allah Sang Pemelihara jagad raya, dan berbaiksangka kepada semua keputusanNya…maka kan diraih kemuliaan jiwa. Jika tidak di mata manusia, insya Allah mulia dalam keridlaanNya...

Berkejaran Angan-Angan

Berkejaran angan dalam hati. Dan sepanjang umurmu tak akan habis engkau menggapai semua angan dan khayalan. Kepastian menanti sementara engkau lalai dari mempersiapkannya. Jika tiba waktumu, maka matamu terbuka dan engkau kan melihat dengan sebenarnya melihat, bahwa dunia adalah canda tak nyata.

Ilusi menghadirkan bayangan dalam benakmu, seakan itu ada meski sebenarnya tiada. Bukan lapar dan dahaga, bukan sedih dan bahagia...tapi bagaimana engkau mengambil makna darinya. Kesempitan dan kelapangan adalah ujicoba, apakah engkau bisa menemukan arti di baliknya? Bahwa kemuliaan diri ada pada keikhlasan penerimaan, kesabaran menjalani, dan keberbaiksangkaan kepadaNYA.

Yang kasih sayangNYA sungguh melebihi kasihsayang ibunda...

Minggu

Mutiara Di Balik Peristiwa

Kesabaran adalah mutiara kehidupan, yang disembunyikanNya di balik fenomena hidup yang harus kita cari. Tersimpan hikmah yang besar di balik semua kilauan kenyataan hidup. Yang keseluruhannya merupakan perwujudan cahayaNya Yang Maha Suci. Yang cahayaNya menyinari seluruh alam semesta raya tanpa terkecuali. Tak satupun makhluq tersembunyi dari siraman CahayaNya. Semua adalah pantulan cahaya suciNya.

Pandanglah kenyataan hidup dengan mata hati, bukan dengan mata kepala ini. Maka semuanya akan terbuka kebenaran kalamNya dan kehendakNya. Tak ada sesuatupun yang sia-sia yang diciptakanNya, karena semuanya memiliki nilai dan hikmah bagi mereka yang memahaminya.

Kesabaran adalah mutiara, yang tersembunyi di balik segala peristiwa. Hanya kepada IA saja sandarkan kekuatan, untuk menjalani bentang kehidupan.

Dunia Satu Cerita


Dunia tak pernah berubah sepanjang bentangan sejarahnya. Kisah tak pernah menemukan episode yang berbeda tuk diceritakannya, dan manusia selalu saja menggunakan topeng yang itu-itu saja. Layar peradaban terus berganti, tetapi adegan tak pernah basi. Pesta, duka, tawa, airmata, kelahiran, kematian, kemuliaan, kebiadaban, kemakmuran, kemiskinan, kebijaksanaan, penindasan, kedamaian, pembantaian dan penjajahan, muda, menjadi tua, tabiat, hasrat, keinginan, angan, mimpi-mimpi... tak ada yang berubah semuanya tetap satu cerita.

Alatnya berbeda, sesuai apa yang diberikan oleh zaman. Setting-nya berbeda, sesuai dengan layar peradaban. Namun gerak hati tak pernah jauh dari duka, bahagia, duka, bahagia, duka, bahagia..demikian seterusnya gelombangnya membolak-balik mengangkat manusia dan menenggelamkannya.

Ilusi, fantasi, asumsi, bayangan dan harapan yang bertumpuk, terlahir ketika kita menyematkan nilai-nilai tertentu kepada situasi atau sesuatu. Menyenangkan, menyedihkan, membahagiakan, menyengsarakan, nikmat, bencana, tawa, air mata... Nilai-nilai serta pengalaman terus-menerus berubah. Dan hati kita terus-menerus dibolak-balik kenyataan.

Menyandarkan diri kepada perjuangan untuk meraih atau menolaknya, ternyata hanya akan membawa kita pada ketidakpastian yang membingungkan. Ilusi dan nilai yang kita berikan kepada setiap kejadian berubah sepanjang waktu. Bayangan datang dan pergi selalu. Bersibuk diri untuk mengejar atau menghindar justru semakin menjauhkan kita dari kelegaan dan kedamaian jiwa ...

Sabtu

Keinginan Adalah Dahaga Yang Tak Pernah Terpuaskan

Dimanakah bahagia? Mengapa ia seperti tiada? Mengapa ada derita? Mengapa harus ada airmata, sementara yang kita inginkan hanya tawa dan bahagia? Kemana bahagia harus dicari? Dimanakah ia bersembunyi? Mengapa bahagia tak abadi? Secepat ia datang, secepat itu pula ia pergi. Dan bahagia kembali berganti sepi....

Maka Siddharta, seorang putera brahmana, memulai perjalanannya mencari jawaban atas semuanya. Mencari kebenaran dan bahagia abadi. Mencari pembebasan dari segala bentuk kedukaan. Menanggalkan kekakuan ritual dan upacara-upacara pengorbanan, melangkah dalam kegundahan dan seribu pertanyaan. Ke mana harus mencari? jalan mana yang harus dilintasi?...

Bahkan menjadi murid sang Gotama (tokoh Siddharta lain yang nanti menjadi sang Buddha) tak pula menghilangkan kegundahannya. Kata Siddharta, kebenaran sejati dan pengetahuan tentang kebahagiaan abadi tak bisa diajarkan. Pencerahan harus terlahir dari dalam jiwa, tumbuh dari pengalaman melintasi beragam realita. Maka ia pun melangkah kembali memasuki dunia sehari-hari. Menjadi orang biasa.

Kehidupan pun menelannya dalam naik turun gelombangnya. Sejenak Siddharta terlempar ke awan-awan, untuk kemudian dihempaskan ke jalan-jalan kehinaan. Ia tenggelam dalam pesona cinta, tergila-gila, untuk kemudian diremuk redamkan dalam airmata. Sesaat ia bergelimang kuasa dan harta, sesaat kemudian tergilas roda-roda ketamakan dan kerakusan yang ia ciptakan. Kehidupan membolak-balik hatinya. Satu keinginan melahirkan keinginan berikutnya. Dahaga semakin tak terpuaskan. Bahagia dan duka silih-berganti menjeratnya. Tiada lagi kedamaian dan ketenangan abadi. Hanya kegelisahan dan letihnya hati.

Keinginan adalah dahaga yang tak pernah terpuaskan...